Welcome Comments Pictures

Senin, 11 Juni 2012

SEJARAH TEORI KEPRIBADIAN HORNEY


THE LIFE OF HORNEY (1885-1952)
A Search For Love
Karen Danielson dilahirkan 15 September 1885 di sebuah desa kecil tidak jauh dari Hamburg, Jerman. Dia adalah anak kedua dan waktu masih kecil dia iri dengan abang tertuanya yang berusia 4 tahun lebih tua dari Horney, Berndt. Abangnya menarik dan ganteng, anak sulung yang dipuja, tapi Horney lebih pintar dan lebih ceria. Horney juga iri dengan abangnya karena dia adalah laki-laki dan perempuan dianggap rendah. “Saya tahu bahwa sebagai seorang anak saya ingin menjadi laki-laki dalam waktu yang lama, sehingga saya iri pada Berndt karena dia bisa berdiri dekat pohon dan buang air kecil. Akan tetapi kapten tua ini telah menikah sebelumnya dan mempunyai 4 orang anak, yang sebagian besar sudah dewasa pada saat Horney dilahirkan.
Saat dia dilahirkan, ayahnya yang berumur 50 tahun adalah seorang kapten kapal dengan berlatar belakang Norwegia, sedangkan ibunya berumur 33 tahun. Ayah Horney adalah seorang yang taat beragama, bersifat menguasai, angkuh, dan muram, sementara ibunya adalah seorang yang menarik, periang, dan berpikiran bebas (tidak mengikuti ajaran agama). Ayahnya menghabiskan waktu di laut, tapi waktu di rumah, sifat ayah dan ibunya yang berbeda sering menimbulkan pertengkaran. Ibu Karen tidak merahasiakan keinginannya untuk melihat ayahnya meninggal. Dia memberitahu Karen bahwa dia menikah bukan karena cinta tapi karena takut menjadi perawan tua. Keluarga Danielsen adalah sebuah keluarga yang tidak bahagia, sebagian dipicu oleh perbuatan saudara tiri Karen yang membuat ayah mereka membenci istri keduanya. Karen merasakan permusuhan yang besar terhadap ayahnya yang keras dan taat beragama, dan menganggap sang ayah sebagai seorang munafik yang taat. Akan tetapi, ia mengidolakan ibunya yang selalu mendukung dan menjaganya dari ayahnya yang keras. Walaupun demikian, Karen bukanlah seoarang anak yang bahagia. Ia membenci perlakuan pilih kasih yang diberikan kepada kakak laki-lakinya, dan selain itu ia khawatir dengan kebencian dan pertengkaran antara kedua orangtuanya.
Kita bisa melihat akar teori kepribadian Horney dari pengalaman masa kecilnya. Selama masa anak-anak dan remajanya dia ragu apakah orangtuanya, khusunya ayahnya, menginginkannya. Dia percaya mereka lebih menyayangi Berndt daripada dia. Pada usia 16 tahun, dia menulis diarynya, “kenapa semua hal yang indah diberikan pada saya, tapi bukan hal yang terpenting, bukan kasih sayang! Saya punya hati jadi saya membutuhkan kasih sayang”. Walaupun Horney depresi menginginkan kasih sayang dan perhatian ayahnya. Dia ingat mata yang menakutkan dan tajam, sifat banyak menuntut, dia merasa diremehkan dan ditolak karena ayahnya melontarkan komentar yang meremehkan mengenai penampilan dan kecerdasannya. “Harus menjadi orang yang hebat untuk bisa disayangi dan dihargai ayah”, dia tulis.
Untuk mempertahankan kasih sayang ibunya, sampai usia 8 tahun menjadi seoarang anak yang patuh dan selalu mengalah. Walaupun dia berusaha, dia tidak percaya dia akan mendapatkan cukup kasih sayang dan rasa aman. Pengorbanan dirinya dan perilaku yang baik tidak berhasil, sehingga dia merubah taktiknya dan menjadi ambisius dan suka melawan. Horney memutuskan bahwa jika dia tidak mendapatkan kasih sayang dan rasa aman, dia akan membalas dendam atas perasaan yang tidak menarik dan ketidakmapuan dia. “Jika saya tidak cantik, saya memutuskan akan menjadi pintar”. Teori kepribadian Horney menjelaskan bagaimana rasa cinta yang tidak terpenuhi pada masa kanak-kanak mendorong berkembangnya kecemasan dan permusuhan dasar.
Ketika dewasa dia menyadari seberapa besar permusuhan yang dia kembangkan sejak kecil. Teori kepribadiannya menggambarkan bagaimana kekurangan kasih sayang pada masa anak-anak mendorong kecemasan dan permusuhan. Saat usia 14 tahun, dia berkembang menjadi remaja yang naksir pada seorang guru pria dan menulis diary nya tentang gurunya tersebut. Tahun berikutnya, dia bertemu pria yang dia sebut sebagai cinta pertamanya. Tapi hubungannya berakhir hanya 2 hari. Pria lainnya datang ke kehidupannya.

Marriage and Career
Walaupun pencarian kasih sayang dan rasa aman Horney sering mengalami hambatan, pencarian karirnya berjalan lurus dan berhasil. Pada usia 12 tahun, dia memutuskan, setelah dirawat dengan baik oleh dokter (physician), untuk menjadi dokter tapi pada saat itu tidak ada satupun universitas di Jerman yang menerima perempuan. Pada saat ia berusia 16 tahun, situasi telah berubah sehingga Horney-dengan keberatan dari sang ayah yang menginginkan ia tinggal di rumah dan mengurus rumah tangga-memasuki Gymnasium, sebuah sekolah yang akan berlanjut ke universitas dan kemudian ke sekolah kedokteran. Sendiri untuk pertama kalinya, Karen kemudian tetap mandiri selama hidupnya. Pada tahun 1906, dia masuk ke University of Freiburg medical school.
Pada tahun 1906, ia memulai studinya di University of Freiburg dan ia menjadi salah satu wanita pertama di Jerman yang belajar mengenai obat-obatan. Disana, ia bertemu dengan Oskar Horney, seorang mahasiswa ilmu politik. Hubungan mereka berawal dari pertemanan, tetapi lama-kelamaan berkembang menjadi sebuah hubungan romantis. Setelah pernikahan mereka di tahun 1909, pasangan ini menetap di Berlin, dimana Oskar yang telah memilki gelar Ph.D., bekerja di sebuah perusahaan batubara dan Karen menerima gelarnya dari University of Berlin tahun 1913.
Tahun-tahun awal pernikahan Horney diisi dengan terjadinya banyak peristiwa personal yang menyita perhatiannya. Ayah dan ibunya, yang telah berpisah, meninggal dunia dalam waktu yang hanya berselang satu tahun; Horney melahirkan tiga anak perempuan dalam jangka waktu 5 tahun; 5 tahun melakukan psikoanalisis dan dalam pencariannya akan laki-laki yang tepat, Horney terlibat dalam beberapa pengaruh asmara.
Karen Danielson Horney juga dapat dikelompokkan sebagai orang yang keluar dari sudut pandang Freudian ortodoks. Horney awalnya berbeda pendapat dengan doktrin Freud dalam hal peran psikologis wanita. Sebagai seorang feminis, dia menentang psikoanalisis yang lebih berfokus pada perkembangan pria daripada wanita. Dia juga melawan anggapan Freud bahwa wanita dikendalikan oleh penis envy, Horney berpendapat bahwa pria cemburu pada wanita karena kemampuan mereka untuk mengandung dan melahirkan anak.  Dia mengatakan “Saya tahu banyak pria dengan womb envy (cemburu kandungan) sebagaimana wanita dengan penis envy (cemburu penis)”. Freud berpendapat penis envy adalah gambaran wanita yang inferior dan cemburu karena peran kelaminnya lebih rendah dari laki-laki, sedang Horney dan Adler berpendapat bahwa penis envy adalah simbolik wanita yang menginginkan persamaan status dan kekuasaan seperti pria.
Horney memulai karirnya dengan menekankan bahwa pekerjaannya adalah perluasan dari teori Freud. Dalam makalahnya dia menulis, “saya tidak ingin membangun sekolah baru tapi membangun yayasan yang telah dibangun Freud”. Dengan berjalannya waktu Horney menyelesaikan teorinya, dia mengkritik Freud yang begitu luas/umum sehingga dia membangun sekolah baru. Sekolah tersebut merupakan pendekatan psikoanalisis baru yang memiliki banyak kesamaan dengan pandangan Freud.
Pandangan Horney mengenai kepribadian merupakan refleksi dari pengalaman-pengalaman hidupnya. Bernard Paris (1994) menulis bahwa “pemikiran-pemikiran Horney diperoleh dari usaha-usahanya untuk mengatasi penderitaan batinnya dan penderitaan pasien-pasiennya. Apabila penderitaan yang ia alami tidak kuat, maka pemikiran-pemikirannya akan menjadi kurang mendalam.
Teori Horney dipengaruhi oleh jenis kelaminya, pengalaman pribadinya dan oleh pengaruh sosial serta kultural yang berbeda dari hal-hal yang mempengaruhi Freud. Horney merumuskan teorinya di United States. Horney menemukan bahwa pasien di Amerika berbeda dengan pasien di Jerman, baik dalam hal neurosa maupun kepribadian yang normal, di mana perbedaan keadaan sosial mungkin cukup menjadi alasan bagi terjadinya perbedaan kepribadian. Oleh karenanya dia berpendapat bahwa kepribadian tidak semata-mata dipengaruhi oleh keadaan biologis saja, sebagaimana dikemukakan oleh Freud. Karena jika pendapat Freud benar, maka kita tidak akan melihat perbedaan besar dalam kepribadian seseorang dari satu kebudayaan dengan kebudayaan lain.
Oleh karena itu, Horney, seperti Alfred Adler, yang lebih menekankan hubungan sosial daripada dorongan psikologis sebagai faktor yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian. Dia menolak anggapan bahwa sex adalah faktor yang menentukan, sebagaimana dinyatakan oleh Freud, dan dia juga mengambil isu dengan konsep-konsep Freud tentang Oedipus complex, libido, dan struktur kepribadian. Bagi Horney, kepribadian orang termotivasi tidak hanya karena sex atau dorongan agresif tapi juga karena kebutuhan rasa aman dan kasih sayang.

Psychoanalysis and Compensation
Ketika Horney merasa depresi dan masalah emosionalnya tidak juga hilang, Ia memutuskan untuk pergi menjalani terapi psikoanalisis yang ditangani oleh Karl Abraham (pengikut setia Freud). Tetapi proses analisis itu tidak sukses. “Tidakkah aku akan sembuh, benar-benar sembuh? Aku mulai putus asa”. Horney memutuskan bahwa psikoanalisis Freudian hanya sedikit membantu baginya.
Selama melakukan self-analysis nya, Horney sangat terpengaruh oleh gagasan Adler mengenai kompensasi akan perasaan inferiority. Dia sangat sensitif terhadap komentar Adler yang menyatakan bahwa fisik yang tidak menarik itu disebabkan oleh inferiority feelings. Dia menyimpulkan bahwa Ia “butuh untuk merasa superior karena Ia tidak cantik dan perasaan rendah diri sebagai wanita, yang menyebabkannya protes terhadap maskulinitas” secara unggul di daerah yang didominasi laki-laki, seperti di Ilmu Kedokteran saat itu. Horney percaya bahwa dengan belajar kedokteran, dan dengan perilaku seksual yang tidak baik, dia bertindak lebih seperti laki-laki.
Pencarian Horney terhadap cinta dan rasa aman terus berlanjut ketika ia beremigrasi ke Amerika Serikat. Selama masa ini, hubungan cintanya yang paling intense adalah dengan seorang analyst bernama Erich Fromm. Ketika hubungan itu berakhir setelah 20 tahun, Horney sangat terluka. Meskipun Fromm15 tahun lebih muda, dia mungkin melihat Fromm sebagai sosok seorang ayah.
Satu hal yang menyebabkan mereka putus yaitu Horney membujuk Fromm untuk menganalisis anak perempuannya Marriane. Fromm membantu Marriane memahami masalahnya dengan ibunya, memberikan Marriane kepercayaan diri untuk menentang Horney untuk pertama kalinya dalam hidupnya.
Dari 1932 hingga 1952, Horney menjabat di faculty of psychoanalytic institute di Chicago dan New York. Dia adalah penemu Association for the Advancement of Psychoanalysis and the American Institute for Psychoanalysis. Pada tahun 1941, Ia memulai American Journal of Psychoanalysis. Selama beberapa tahun Horney adalah dosen, penulis, dan terapis yang terkenal.

SUMBER :
Schultz dan Schultz. 1993. Theories of Personality

Tidak ada komentar:

Posting Komentar