Welcome Comments Pictures

Senin, 06 Januari 2014

Metakognisi dan Pemecahan Masalah


Secara umum, metakogisi dapat dikatakan sebagai berpikir tentang pemikiran. Beberapa perspektif menekankan pengetahuan individual tentang kognisi dan penggunaan strategi. Yang lainnya menekankan pada pengetahuan maupun pengaturan kognisi.
(1) Pengetahuan kognisi. Komponen utama dari metakognisi adalah :
(a) Pengetahuan dana kesadaran tentang pemikiran diri sendiri, dan
(b) Pengetahuan tentang kapan dan dimana mesti menggunakan strategi yang diperoleh. Pengetahuan tentang pemikiran seseorang mencakup informasi tentang kapasitas dan keterbatasan dirinya sendiri dan kesadaran akan kesulitasn selama belajar sehingga dapat dilakukan perbaikan.
(2). Pengaturan kognisi. Terdapat tiga komponen model metakognisi yaitu perencanaan (penentuan tujuan, mengaktifkan sumber daya yang relevan termasuk waktu dan memilih strategi yang tepat), evaluasi (menentukan peringkat pemahaman), dan monitoring (melakukan pengecekan kemajuan dan memilih strategi perbaikan yang tepat jika strategi yang sudah dipilih ternayat tidak sukses.

Subproses dalam Pemecahan Masalah
            Terdapat empat subproses utama dari pemecahan masalah yang membutuhkan semua metakogmisi yaitu menginterpretasikan masalah, merencakan strategi, mengetasi halanan, dan melaksanakan rencana. Secara ringkas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
No
Subproses
Peran Keterampilan Metakognitif
1
Mempresentasikan masalah (mengidentifikasi ciri paling relevan dan menciptakan peta mental atas komponen-komponennya).
1a. Membantu dalam mengakses informasi yang relevan dari memori jangka panjang yang dapat memberi kontribusi pada identifikasi komponen masalah utama.
b. Membantu menciptakan ‘peta mental’ dari ketentuan, relasi antar-unsur, tujuan dan batasan.
c. Membantu perekaman selektif, kombinasi selektif, dan perbandingan selektif, ketika diperlukan.
2
Perencanaan
2a. Me-review dan memilih rencana dan strategi.
b. Mulai melakukan 1a diatas, jika perlu.
3
Mengatasi halangan
3a. Membantu dalam pencarian ingatan jangka panjang untuk informasi baru.
b. Mulai melakukan 1c diatas.
4
Melaksanakan rencana (dan mengatasi halangan)
4a. Memonitor kemajuan dan memodifikasi rencana ketiak perlu.
b. Kembali ke-3, jika perlu.

Sumber :

Gtedler, Margaret.E., 2011., Learning and instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana

Selasa, 10 Desember 2013

Hasil Kunjungan Lapangan di SMK Tritech Informatika Medan

PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Sekolah
Nama Sekolah
SMK Tritech Informatika Medan
Nomor Pokok Sekolah Nasional
10261412
Bidang Keahlian
Teknik Informasi Dan Komunikasi
Program Keahlian
Teknik Komputer Dan Informatika
Kelurahan / Kecamatan
Indra Kasih / Medan Tembung
Propinsi
Sumatera Utara
Jalan
Jln. Bhayangkara No. 522 CDE
Telepon / Faximile
061 – 6635991 / 061 – 6641576
Status Sekolah / Akreditasi
Swasta / --
Nomor Surat Izin Berdiri
420/10985/PPMP/09
Tanggal Penetapan
06 Agustus 2010
Bangunan Sekolah
Milik Sendiri
Organisasi Penyelenggara
Yayasan Pendidikan Triadi Teknologi
Website
Email

Visi :
·         Menjadikan SMK berbasis teknologi Informatika yang Unggul, Mandiri, Religius dan Berstandar Internasional.
Misi :
·         Siswa/i mampu menguasai komputer software dan hardware serta  jaringan IT.
·        Melahirkan generasi yang handal dalam bidang IPTEK, IMTAQ dan berjiwa kebangsaan.

B.  Profil Observer

Hari                            : Senin
Tanggal                      : 18 November 2013
Waktu                        : 08.20 – 09.15 Wib
Lama Observasi         : 1 Jam
Tempat                       : Kelas X MM I
Mata Pelajaran          : Penjaskes

Nama observer 1      : Laili Isrami
NIM                            : 111301020

Nama observer 2      : Nurfazrina
NIM                            : 111301036

Nama observer 3      : Atika M. N. Nst
NIM                            : 111301086

Nama oberver 4        : Zulfa D.
NIM                            : 111301108


C.  Kondisi Fisik Kelas
Ruangan kelas X MM 1 terletak di lantai 1, ruangan kelas berukuran 7x4 m dengan cat berwarna hijau dan menggunakan pintu kaca dengan diterangi 3 buah lampu. Kelas X MM 1 tersebut memiliki fasilitas yaitu berupa : 1 buah TV plasma, 1 buah whiteboard, 2 buah AC, dan 1 kipas angin (yang pada saat itu tidak sedang dinyalakan).
Jumlah siswa pada kelas X MM 1 sebanyak 24 siswa, dengan jumlah siswa perempuan 12 orang dan siswa laki-laki 12 orang. Namun, pada saat observasi dilakukan, jumlah siswa yang hadir adalah 20 siswa, yakni semua siswa perempuan hadir dan hanya 8 orang siswa laki-laki yang datang.
Media yang guru gunakan pada saat proses belajar-mengajar adalah 1 buah laptop, 1 buah plasma yang terhubung dengan laptop untuk menampilkan materi yang akan mereka pelajari, 1 buah spidol hitam dan 1 whiteboard. Media pembelajaran siswa/i adalah sebuah laptop, buku tulis, dan alat tulis.
D.  Hasil Observasi
Pada saat kelompok melakukan observasi pada kelas X MM 1 tersebut, mereka sedang belajar mata pelajaran Penjas, yaitu lebih tepatnya dengan topik Atletik. Guru menerangkan dengan suara yang keras sehingga mampu menarik perhatian siswa, kemudian sesekali guru melakukan gerakan - gerakan fisik untuk memperagakan cara melakukan lempar lembing, tolak peluru, dan lain-lain. Pada saat menerangkan materi tersebut, guru Penjas tersebut juga memberikan humor-humor pada siswa nya agar proses belajar-mengajar tidak monoton.
Ketika satu sub materi sudah selesai, guru memberikan kesempatan pada murid-murid untuk bertanya, dan siswa-siswa secara bergantian bertanya pada guru, begitu juga guru menjawab secara bergantian dan memberikan tanggapan pada siswa yang sudah bertanya. Ketika tidak ada satu orang siswa pun yang bertanya dan mengatakan bahwa mereka sudah mengerti, guru tersebut mencoba untuk membuktikannya dan bertanya pada salah satu murid laki-laki (pada saat itu menjabat sebagai wakil ketua kelas X MM I). Namun, jawaban dari wakil ketua kelas tersebut kurang sesuai, maka guru tersebut mencoba memberikan arahan jawabannya sehingga siswa tersebut dapat menjawabnya kembali dengan benar.
Di saat guru sedang menerangkan, siswa-siswa tersebut mendengarkan dengan seksama. Sesekali mereka mencatat apa yang dikatakan oleh gurunya di buku catatan mereka dan ada yang mencatatnya di laptop mereka masing-masing,yakni ada sekitar 5 siswa laki-laki mencatat pelajarannya dengan menggunakan laptop. Namun pada saat guru menerangkan, kelompok sempat menangkap beberapa siswa laki-laki sedang melihat ke arah luar ruangan dengan durasi yang cukup lama. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa kelas tersebut menggunakan pintu dan dinding kaca pada sisi belakangnya sehingga orang-orang yang berada di luar kelas yang hilir-mudik dengan urusannya masing-masing dapat dilihat dari dalam ruangan kelas.
Setelah semua materi sudah disampaikan oleh guru, guru tersebut memberikan refreshing pada siswanya dengan memberikan video yang ditampilkan di plasma seperti gerakan senam tangan , kemudian para siswa diminta untuk mengikutinya. Namun,  sebelum proses belajar-mengajar benar-benar diakhiri, guru ingin memberikan mereka tugas, tapi mereka protes dan menolak. Oleh karena itu guru meminta pada mereka untuk memberikan alasan yang logis mengapa mereka menolak untuk diberikan tugas dari perwakilan siswa perempuan dan laki-laki. Masing-masing dari perwakilan tersebut mengatakan tiga alasan, yaitu (1) karena tugas Penjas yang diberikan sebelumnya belum selesai. (2) tugas mereka tidak hanya Penjas saja tapi masih banyak tugas mereka pada pelajaran lain. Dan (3) waktunya tidak cukup untuk menyelesaikan tugas tersebut. Namun, guru tersebut memberikan mereka dua jawaban, yaitu (1) bahwa sebagai seorang siswa mereka harus belajar apalagi mereka adalah siswa SMK Tritech yang selama tiga tahun ini sebagai SMK percontohan. (2) jika mereka merasa terbebani karena tugas seperti ini, lebih baik mereka tidak bersekolah saja. Setelah guru menjelaskan kedua alasan tersebut , pada akhirnya para siswa setuju untuk mengerjakan tugas dari gurunya tersebut selama 10 menit sebelum waktu mata pelajaran Penjas habis.
BAB II
TEORI DAN PEMBAHASAN
     A. Sistem Belajar yang Dikaitkan dengan Teori Skinner
I.   Komponen Pembelajaran
Skinner memperkenalkan konsep-konsep yang dipertimbangkan dalam perencanaan ruang kelas antara lain :
a.    Stimuli diskriminatif
b.    Kotingensi penguatan
c.    Dinamika ruang kelas
Stimuli diskriminatif. Skinner menjelaskan bahwa pengajaran lebih dari sekedar memberitahukan sesuatu. Stimulus diskriminatif ini bertindak sebagai isyarat bagi perilaku tertentu, juga berfungsi untuk mengarahkan perhatian siswa, misalnya seperti “Lihat gambar ini”. Dalam kelas X MM I ini, guru memberikan beberapa stimulus dikriminatif untuk mengarahkan perhatian siswa-siswa antara lain mengajar dengan suara yang keras, menggunakan plasma sebaagai alat bantu menjelaskan, juga dengan mempraktikkan gerakan-gerakan atletik di depan kelas. Stimulus ini berhasil menangkap perhatian siswa yang ditandai dengan siswa tidak ribut dan aktif bertanya.
Kontingensi penguatan. Dalam hal ini termasuk mengatur agar siswa mengalami kesuksesan, mempertimbangkan karakteristik siswa, dan membedakan antara perilaku dengan yang diatur kontingensi dengan yang diatur peraturan. Bila dikaitkan dengan kegiatan belajar Penjas di kelas X MM I, guru berusaha untuk siswa mampu atau sukses menguasai topik atletik. Guru selalu memastikannya dengan berulang-ulang bertanya juga memberikan penguatan jika siswa berhasil menjawab. Meskipun begitu, guru juga mampu mengatur respon - respon murid yang terkadang tidak terprediksi seperti saat siswa memberikan komentar yang kurang sesuai, guru tidak menghukumnya melainkan mengarahkannya.
Dinamika ruang kelas. Hal ini mencakup memperkuat aproksimasi suksesif, dan memperkuat perilaku yang tidak kompatibel dengan perilaku yang menganggu. Bila dikaitkan dengan dinamika ruang kelas X MM I, dinamika ruang kelas sudah cukup baik yakni situasi kelas yang tidak terlalu tegang, kemudian guru yang sangat mengapresiasi respon siswa-siswanya. Saat respon siswa sudah sesuai dengan yang seharusnya, guru memberikan pujian. Namun saat respon tidak kompatibel seperti saat diberikan tugas kemudian siswa menolak dan protes, guru memberikan nasihat – nasihat agar siswa menjadi termotivasi untuk mengerjakan tugas. Kemudian guru juga menampilkan beberapa video yang menyegarkan pikiran siswa-siswa, hal ini juga dapat sebagai penguatan.
II. Mengembangkan Strategi Kelas
Salah satu aplikasi penting dari mengembangkanstrategikelas adalah mengembangkan iklim kelas yang positif. Dimana Skinner (1973) mengatakan bahwa guru dapat membuat transisi dari hukuman ke penguatan positif dengan satu perubahan sederhana yaitu merespon kekuksesan siswa ketimbang kegagalan siswa (Skinner, 1973, h.15), maksudnya adalah daripada menunjukkan kesalahan yang sudah dilakukan siswa, lebih baik guru memberikan arahan apa dan bagaimana yang harus dilakukan siswa agar benar. Dengan begitu, hasilnya akan berupa situasi yang membaik dan pembelajaran yang lebih efisien.
Dari teori diatas, dapat dilihat bahwa guru Penjas tersebut sudah mencoba mendidik siswa sesuai dengan teori Skinner. Hal ini dapat dilihat bahwa saat siswa menjawab pertanyaan dengan salah, guru tersebut tidak memarahinya ataupun mengukum tetapi guru tersebut memberikan arahan pada siswa tersebut agar dapat menjawab dengan benar. Hal ini juga didukung pada pernyataan Skinner bahwa praktek penguatan lebih direkomendasikan pada proses belajar-mengajar dan hukuman harus dihindari karena ia menghasilkan efek emosional yang tidak diinginkan dan tidak menimbulkan perilaku positif yang diinginkan.



BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
     A. Kesimpulan
Meskipun observasi yang dilakukan cukup singkat yakni kurang lebih 1 jam, kelompok dapat menyimpulkan bahwa sistem mengajar dan belajar di kelas X MM I dapat dikaitkan dengan teori penguatan Skinner. Guru secara sadar atau tidak sadar menggunakan beberapa prinsip belajar yang dikemukakan Skinner yakni adanya stimulus, respon, serta penguatan yang diberikan dari guru ke siswa.
Kelompok juga menyimpulkan bahwa sistem belajar yang diterapkan oleh guru cukup efektif dan berhasil dalam proses belajar dan mengajar. Hal ini ditandai dengan siswa mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru tersebut dengan benar. Ditambah lagi, strategi kelas yang guru berikan sesuai dengan teori Skinner yaitu saat jawaban siswa salah, guru membuat transisi dari hukuman ke penguatan positif dengan memberikan arahan jawaban tanpa memberikan hukuman atas kesalahan siswa tersebut.
     B. Saran
Kelompok berpendapat bahwa fasilitas-fasilitas yang mendukung sistem belajar mengajar di SMK Tritech Informasi cukup baik. Hanya saja menurut kelompok, akan lebih baik jika SMK Tritech Informasi memiliki ruangan terbuka bagi siswa-siswa, selain itu juga sebaiknya pintu kelas tidak terbuat dari kaca sehingga konsentrasi siswa di dalam kelas tetap terjaga.
  
DAFTAR PUSTAKA
   Gredler, Margaret E. 2013 . Learning and Instruction : Teori dan Aplikasi. Edisi 6. (diterjemahkan oleh Tri Wibowo B.S. ). Kencana. Jakarta
 Profil SMK Tritech Informatika. Diakses pada 19 November 2013, dari http://www.tritech.sch.id/
  Visi dan Misi SMK Tritech Informatika. Diakases pada 19 November 2013, dari http://www.tritech.sch.id/


Senin, 09 Desember 2013

Pemrosesan Informasi


Teori pemrosesan informasi membahas langkah-langkah dasar yang diambil individu untuk memperoleh, menyandikan, dan mengingat informasi.

A. Asumsi Dasar
Dua asumsi dasar yang mendukung riset pemrosesan informasi adalah :
(a) sistem memori adalah pengolah informasi yang aktif dan terorganisasi

(b) pengetahuan sebelumnya berperan penting dalam belajar.

B.  Komponen Belajar
Komponen utama dari belajar adalah :
(a) Kerangka belajar, yang mencakup pengetahuan sebelumnya yang dimiliki pemelajar dan organisasi
informasi yang akan dipelajari.

(b) Proses yang diidentifikasi dalam model memori multitahap dan interaksinya. Proses  tersebut
    adalah persepsi, pengkodean, dan pengkonstruksian makna, interaksi antara memori kerja dengan
     memori jangka panjang, dan pengambilan kembali (retrieval).

C. Komponen Pembelajaran
Komponen utama dalam pembelajaran adalah:
(a). Menstrukturisasi kerangka belajar, yaitu memberi kontribusi bagaimana pengetahuan pemelajar berinteraksi dengan pengetahuan baru dan menstruktur informasi yang akan dipelajari dengan cara yang bermakna.

(b). Memfasilitasi perhatian pemelajar, yaitu menciptakan lingkungan yang membuat siswa dapat fokus pada tugas-tugas penting dan kemudian memberi penilaian informal atas persepsi pemelajar.

(c). Memfasilitasi pengkodean informasi, yaitu mengajari siswa metode yang dapat mempermudah mengkodekan informasi yang dipelajari.

(d). Mengajari siswa strategi mengkontruksi makna, yaitu dengan menggunakan dua strategi spesifik yang efektif untuk mengkonstruksi makna dari teks dan materi lisan adalah meringkas dan pertanyaan–diri.

Daftar Pustaka
Gtedler, Margaret. E., 2011., Learning and instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana