Pedagogi : secara literal berati: seni dan ilmu
pengetahuan tentang mendidik anak-anak dan sering digunakan sebagai sebuah
sinonim untuk suatu pengajaran. Secara lebih tepatnya, pedagogi mewujudkan
pendidikan yang berfokuskan guru.
Dalam suatu model pedagogi, guru memikul tanggungjawab untuk membuat keputusan tentang apa yang akan dipelajari, dan bagaimana ia akan dipelajari, dan kapan ia akan dipelajari. Guru mengarahkan pembelajaran.
Dalam usaha untuk
memformulasikan suatu teori pemebelajaran dewasa yang komprehensif, Malcolm
Knowels, tahun 1973, menerbitkan sebuah buku tentang “Siswa dewasa” : Suatu
spesis yang terlantarkan. Membangun dari apa yang telah dilakukan Linderman,
Knowels menegaskan bahwa orang dewasa membutuhkan kondisi-kondisi tertentu
untuk melakukan pembelajaran. Ia meminjam instilah andragogi untuk
mendefinisikan dan menjelaskan kondisi-kondisi tersebut.
Andragogi, pada mulanya diartikan sebagai : seni dan
ilmu yang bertugas untuk membantu dewasa belajar. Istilah tersebut dewasa ini
mendefinisikan suatu alternatif terhadap pedagogi dan mengacu kepada pendidikan
yang berfokuskan pada siswa untuk semua umur. Model andragogi menegaskan bahwa
lima permasalahan yang harus diperhatikan dan dibahas dalam pembelajaran
formal. Mereka adalah : 1). Dibiarkan siswa mengenal sesuatu kenapa sesuatu itu
penting untuk dipelajari, 2). Peragakan pada siswa bagaimana untuk mengarahkan
diri mereka sendiri melalui informasi, dan 3). Hubungakan topik tersebut dengan
pengalaman siswa itu sendiri. 4). Orang tidak akan belajar apa-apa kecuali jika
mereka siap dan termotivasi untuk belajar. 5). Dan sesuatu yang sering, perlu
membantu mereka jika ditemui kendala seperti sikap dan kepercayaan tentang
pembelajaran.
Sayangnya, andragogi disebut
dalam teks pendidikan sebagai cara dewasa belajar. Knowels sendiri mengaku
bahwa 4 dari kunci asumsi andragogi terterapkan secara seimbang baik itu untuk
anak-anak atau dewasa. Perbedaan yang mendasar yaitu anak-anak memiliki
pengalaman yang lebih sedikit dari pada orang dewasa
Dalam jaman informasi ini, implikasi dari suatu gerakan dari yang berbasiskan guru menjadi yang berbasiskan siswa sesuatu hal yang mengagetkan. Penundaan atau menekan gejolak ini akan memperlambat kemampuan kita untuk belajar/mempelajari teknologi baru atau dalam mendapatkan ilmu pengetahuan yang kompetitif.
Dalam jaman informasi ini, implikasi dari suatu gerakan dari yang berbasiskan guru menjadi yang berbasiskan siswa sesuatu hal yang mengagetkan. Penundaan atau menekan gejolak ini akan memperlambat kemampuan kita untuk belajar/mempelajari teknologi baru atau dalam mendapatkan ilmu pengetahuan yang kompetitif.
Apa yang membedakan
antara pedagogi dengan andragogi? Kenapa sebaiknya paradigma pendidikan
harus berubah dari pedagogi ke andragogi? Mahasiswa sering menanyakan hal ini,
dan penting sekali basic pemahaman tentang hal ini diberikan kepada mereka.
Mari kita lihat perbedaan mendasar dari kedua paradigma pendidikan tersebut.
Pertama, kita lihat dari
sisi siswa atau pemelajar;dalam
pedagogi, siswa sangat tergantung pada guru. Guru mengasumsikan dirinya bahwa
ia bertanggung jawab penuh terhadap apa yang akan diajarkan dan bagaimana
mengajarkannya. Gurulah yang mengevaluasi hasil belajar. Sementara dalam
andragogi, siswa adalah mandiri (dialah yang mengarahkan dirinya untuk
belajar apa dan bagaimana). Jadi, dialah yang bertanggung jawab atas belajarnya
sendiri bukan guru, guru hanya sebatas fasilitator. Begitu pula dengan
evaluasi, siswa penting sekali diberikan peluang yang cukup besar untuk
melakukan evaluasi diri (self-assessment).
Kedua, kita lihat dari sisi
peran pengalaman siswa atau pemelajar; dalam
pedagogi, pengalaman guru yang lebih dominan. Siswa mengikuti aktifitas
belajar, dimana ia sendiri tidak banyak mengalami sesuatu, kecuali sebagai
peserta pasif. Sedangkan dalam andragogi, pemelajar mengalami sesuatu secara
leluasa. Pengalaman menjadi sumber utama mengidnetifikasi penguasaan dirinya
akan sesuatu. Satu sama lain saling berperan sebagai sumber belajar.
Ketiga, kita lihat dari sisi
orientasi terhadap belajar; dalam
pedagogi, dalam pedagogi pembelajaran dianggap sebagai proses perolehan suatu
pengetahuan (mata ajar) yang telah ditentukan sebelumnya. Materi ajar telah
diourutkan secara sistematis dan logis sesuai dengan topik-topik mata ajar.
Sedangkan dalam andragogi sebaliknya. Pemelajar harus memiliki keinginan untuk
menguasai suatu pengetahuan/keterampilan tertentu, atau pemecahan masalah
tertentu yang dapat membuat ia sendiri puas. Pelajaran harus relevan dengan
kebutuhan tugas nyata pemelajar itu sendiri. Mata ajar didasarkan atas situasi
pekerjaan atau kebutuhan real pemelajar, bukan berdasarkan topik-topik tertentu
yang sudah ditentukan.
Keempat, kita lihat dari
sisi motivasi belajar; dalam
pedagogi, motivasi datang secara eksternal, artinya disuruh atau dipaksa atau
diwajibkan atau dituntut untuk mengikuti suatu pendidikan tertentu. dalam
andragogi, motivasi lebih bersifat internal, datang dari diri sendiri sebagai
wujud dari aktualisasi diri, penghagraan diri dan lain-lain. Begitulah
karakteristik andragogi
menurut mbah Malcom Knowles (1984), dalam bukunya, “Self-directed
Learning”. Andragogy memang merupakan teori orang dewasa. Oleh karena itu,
orang dewasa harus diajar dengan pendekatan andragogi seperti dijelaskan di
atas. Namun demikian, menurut saya andragogi tidak hanya berlaku untuk orang
dewasa, kalo ceritanya seperti di atas. Betul ga? untuk semua orang harusnya seperti
itu, lebih bersifat student-centered daripada kebanyakan sistem pmbelajaran
seperti saat ini yang cenderung masih bersifat teacher-centered learning.
SUMBER :
SUMBER :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar