Model pembelajaran langsung dirancang
secara khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan pengetahuan
prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat
dipelajari selangkah demi selangkah.
Pembelajaran langsung tidak sama dengan metode ceramah, tetapi ceramah dan resitasi (mengecek pemahaman dengan tanya jawab) berhubungan erat dengan model pembelajaran langsung.
Pembelajaran langsung tidak sama dengan metode ceramah, tetapi ceramah dan resitasi (mengecek pemahaman dengan tanya jawab) berhubungan erat dengan model pembelajaran langsung.
Pembelajaran langsung memerlukan
perencanaan dan pelaksanaan yang cukup rinci terutama pada analisis tugas.
Pembelajaran langsung berpusat pada guru, tetapi harus tetap menjamin
keterlibatan siswa. Jadi lingkungan belajar harus diciptakan yang berorientasi
pada tugas-tugas yang diberikan kepada siswa.
Ciri-ciri pembelajaran langsung :
a. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur
penilaian hasil belajar.
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendunkung berlangsung dan berhasilnya pembelajaran.
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendunkung berlangsung dan berhasilnya pembelajaran.
Pada model pembelajaran langsung terdapat fase-fase yang penting. Pada awal pembelajaran guru menjelaskan tujuan, latar belakang pembelajaran, dan juga menyiapkan siswa untuk memasuki materi baru dengan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimiliki siswa yang relevan dengan materi yang akan dipelajari (apersepsi). Fase ini dilakukan untuk memberi motivasi pada siswa untuk berperan penuh pada proses pembelajaran.
Setelah itu dilanjutkan dengan presentasi
materi ajar atau demonstrasi mengenai ketrampilan tertentu. Pada fase
mendemonstrasikan pengetahuan, hendaknya guru memberikan informasi yang jelas
dan spesifik kepada siswa, sehingga akan memberi dampak yang positif terhadap
proses belajar siswa. Kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan
latihan dan memberi umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase ini
siswa diberi kesempatan untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yasng
telah dipelajarinya dalam kehidupan nyata.
Ciri utama yang dapat terlihat pada saat
melaksanakan pembelajaran langsung adalah sebagai berikut:
1). Tugas perencanaan
a. Merumuskan tujuan pembelajaran
b. Memilih isi/materi
Guru harus mempertimbangkan berapa banyak
informasi yang akan diberikan kepada siswa dalam kurun waktu tertentu. Guru
harus selektif dalam memilih konsep yang akan diajarkan dengan model
pembelajaran langsung
c. Melaksanakan analisis tugas
Dengan menganalisis tugas, akan membantu
guru menentukan dengan tepat apa yang akan dilakukan siswa untuk melaksanakan
keterampilan yang akan dipelajari. Namun demikian tidak berarti bahwa guru
harus selalu melakukan analisis tugas, karena waktu yang tersedia terbatas.
d. Merencanakan waktu
Guru harus memperhatikan bahwa waktu yang
tersedia sepadan dengan kemampuan, bakat siswa, dan motivasi siswa agar mereka
melakukan tugas-tugasnya dengan perhatian yang optimal. Mengenal secara baik
siswa-siswa yang akan diajar akan bermanfaat sekali dalam memperkirakan alokasi
waktu yang diperlukan dalam pembelajaran.
2). Penilaian pada model pembelajaran langsung.
2). Penilaian pada model pembelajaran langsung.
Sistem penilaian menurut Gronlund (1982)
meliputi 5 prinsip dasar yang dapat dipergunakan guru dalam merancang
pembelajaran langsung dan sistem penilaiannya, yaitu :
a. Sesuai dengan tujuan pembelajaran
b. Mencakup semua tugas pembelajaran
c. Menggunakan soal tes yang sesuai
d. Buatlah soal yang valid dan reliabel
e. Manfaatkan hasil tes untuk perbaikan
proses pembelajaran berikutnya.
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu
pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama, yakni kerjasama antar siswa
dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi menjadi
kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuik mempelajari materi pelajaran yang
telah ditentukan. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah utnuk membangkitkan
interaksi yang efektif diantara anggota kelompok melalui diskusi. Dalam hal ini
sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari
materi pelajaran, berdiskusi untuk memecahkan masalah (tugas). Dengan interaksi
yang efektif dimungkinkan semua kelompok dapat menguasai materi pada tingkat
yang relatif sejajar.
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif.
Menurut Stahl (1994) dalam bukunya Ismail
(2003), ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah:
1). belajar dengan teman
1). belajar dengan teman
2). tatap muka antar teman
3). mendengarkan antar anggota
4). belajar dari teman sendiri dalam
kelompok
5). belajar dalam kelompok kecil
6). produktif berbicara atau
mengemukakanpendapat/gagasan
7). siswa membuat keputusan, dan
8). siswa aktif
Sedangkan menurut Johnson (1984) belajar
kooperatif mempunyai ciri-ciri:
1). saling ketergantungan yang positif
1). saling ketergantungan yang positif
2). dapat dipertanggungjawabkan secara
individu
3). Heterogin
4). berbagi kepepimpinan
5). berbagi tanggungjawab
6). ditekankan pada tugas dan kebersamaan
7). mempunyai keterampilan dalam
berhubungan sosial
8). guru mengamati, dan
9). efektivitas tergantung pada kelompok
Dengan demikian dapat diringkas bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1). Siswa belajar dalam kelompok, produktif
mendengar, mengemukakan pendapat, dan membuat keputusan secara bersama
2). Kelompok siswa terdiri dari siswa-siswa
yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
3). Jika dalam kelas terdapat siswa- siswa
yang terdiri dari berbagai ras, suku, agama, budaya, dan jenis kelamin yang
berbeda, maka diupayakan agar dalam setiap kelompok pun terdapat terdapat ras,
suku, agama, dan jenis kelamin yang berbeda pula.
4). Penghargaan lebih diutamakan pada kerja
kelompok daripada kerja perorangan.
Proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif dimulai dengan membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil (3 – 5 siswa per kelompok). Setiap siswa ditempatkan di dalam kelas sedemikian rupa sehingga antara anggota kelompok dapat belajar dan berdiskusi dengan baik tanpa mengganggu kelompok yang lain. Guru membagi materi pelajaran, baik berupa lembar kerja siswa, buku, atau penugasan. Selanjutnya guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memberikan pengarahan tenatng materi yang harus dipelajari dan permasalahan-permasalahan yang harus diselesaikan. Siswa secara sindiri-sendiri mempelajari materi pelajaran, dan jika ada kesulitan mereka saling berdiskusi dengan teman-temannya dalam kelompok. Untuk menguasai materi pelajaran atau menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan, setiap siswa dalam kelompok ikut bertanggungjawab secara bersama, yakni dengan cara berdiskusi, saling tukar ide/gagasan, pengetahuan dan pengalaman, demi tercapainya tujuan pembelajaran secara bersama-bersama.
Proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif dimulai dengan membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil (3 – 5 siswa per kelompok). Setiap siswa ditempatkan di dalam kelas sedemikian rupa sehingga antara anggota kelompok dapat belajar dan berdiskusi dengan baik tanpa mengganggu kelompok yang lain. Guru membagi materi pelajaran, baik berupa lembar kerja siswa, buku, atau penugasan. Selanjutnya guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memberikan pengarahan tenatng materi yang harus dipelajari dan permasalahan-permasalahan yang harus diselesaikan. Siswa secara sindiri-sendiri mempelajari materi pelajaran, dan jika ada kesulitan mereka saling berdiskusi dengan teman-temannya dalam kelompok. Untuk menguasai materi pelajaran atau menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan, setiap siswa dalam kelompok ikut bertanggungjawab secara bersama, yakni dengan cara berdiskusi, saling tukar ide/gagasan, pengetahuan dan pengalaman, demi tercapainya tujuan pembelajaran secara bersama-bersama.
Evaluasi dilakukan berdasarkan pencapaian
hasil belajar komulatif dalam kelompok. Kemampuan atau prestasi setiap anggota
kelompok sangat menentukan hasil pencapaian belajar kelompok. Untuk itu
penguasaan materi pelajaran setiap siswa sangat ditekankan dalam pembelajaran
kooperatif. Guru melakukan pemantauan terhadap kegiatan belajar siswa,
mengarahkan keterampilan kerjasama, dan memberikan bantuan pada saat
diperlukan. Aktifitas belajar berpusat pada siswa, guru hanya berfungsi sebagai
fasilitator dan dinamisator. Dengan model pembelajaran kooperatif diharapkan
siswa dapat mengembangkan semua potensinya secara optimal dengan cara berpikir
aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran.
1). Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pengelolaan pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif, paling tidak ada tiga tujuan yang ingin dicapai, yaitu
:
a. Hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli berpendapat
bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dlam membantu siswa yang sulit.
b. Pengakuan adanya keragaman
Model pembelajaran kooperatif bertujuan
agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam
perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan ras, suku,
agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.
c. Pengembangan keterampilan sosial
c. Pengembangan keterampilan sosial
Model Pembelajaran kooperatif bertujuan
untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang
dimaksud dalam pembelajaran kooperatif antara lain adalah : berbagi tugas,
aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, bekerja dalam kelompok, dan
sebagainya.
Dalam model pembelajaran kooperatif
terdapat enam langkah utama, yang dimulai dengan langkah guru menyampaikan
tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar, hingga diakhiri dengan
langkah memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.
Ciri-ciri utama pembelajaran berdasarkan
masalah adalah meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan
keterkaitan antar disiplin. Penyelidikan autentik, kerjasama, dan menghasilkan
karya dan peragaan. Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk
membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.
Pembelajaran berdasarkan masalah bertujuan
:
1). Membantu siswa mengembangkan
keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah
2). Belajar peranan orang dewasa yang autentik
3). Menjadi pemelajar yang mandiri
Pelaksanaan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
a. Tugas -Tugas
Perencanaan
Karena hakekat interaktifnya, model
pembelajaran berdasarkan masalah membutuhkan banyak perencanaan, seperti halnya
model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa lainnya.
a) Penetapan tujuan
: Model pembelajaran berdasarkan masalah dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan
seperti keterampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa, dan membantu
siswa menjadi pemelajar yang mandiri. Dalam pelaksanaanya pembelajaran
berdasarkan masalah bisa saja diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
b) Merancang situasi masalah : Beberapa
guru dalam pembelajaran berdasarkan masalah lebih suka memberi kesempatan dan
keleluasaan kepada siswa untuk memilih masalah yang akan diselidiki, karena
cara ini dapat meningkatkan motivasi siswa. Situasi masalah yang baik
seharusnya autentik, mengandung teka-teki, dan tidak didefinisikan secara
ketat, memungkinkan kerjasama, bernakna bagi siswa, dan konsisten dengan tujuan
kurikulum.
c) Organisasi sumber daya dan rencana
logistik : Dalam pembelajaran berdasarkan masalah siswa dimungkinkan berkerja
dengan beragam material dan peralatan, dan dalam pelaksanaanya bisa dilakukan
di dalam kelas, di perpustakaan, atau di laboratorium, bahkan dapat pula
dilakukan di luar sekolah. Oleh karena itu tugas mengorganisasikan sumber daya
dan merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa, haruslah menjasi tugas
perencanaan yang utama bagi guru yang menerapkan pembelajaran berdasarkan
pemecahan masalah.
b. Tugas Interaktif
a) Orientasi Siswa pada Masalah : Siswa
perlu memahami bahwa tujuan pembelajaran berdasarkan masalah adalah tidak untuk
memperoleh inforemasi baru dalam jumlah besar, tetapi utnuk melakukan
penyelidikan terhadap masalah-masalah penting dan untuk menjadi pemelajar yang
mandiri. Cara yang baik dalam menyajikan masalah untuk suatu materi pelajaran
dalam pembelajaran berdasarkan masalah adalah dengan menggunakan kejadian yang
mencengangkan dan menimbulkan misteri sehingga membangkitkan minat dan
keinginan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
b). Mengorganisasikan Siswa Untuk Belajar : Pada model pembelajaran berdasarkan masalah dibutuhkan pengembangan keterampilan kerjasama diantara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama. Berkenaan dengan hal tersebut siswa memerlukan bantuan guru untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan. Bagaimana mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif berlaku juga dalam mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok pembelajaran berdasarkan masalah.
b). Mengorganisasikan Siswa Untuk Belajar : Pada model pembelajaran berdasarkan masalah dibutuhkan pengembangan keterampilan kerjasama diantara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama. Berkenaan dengan hal tersebut siswa memerlukan bantuan guru untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan. Bagaimana mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif berlaku juga dalam mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok pembelajaran berdasarkan masalah.
c). Membantu Penyelidikan Mandiri dan
Kelompok. :
Ø Guru membantu siswa dalam pengumpulan
informasi dari berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka
berpikir tentang suatu masalah dan jenis informasi yang diperlukan untuk
memecahkan masalah tersebut. Siswa diajarkan untuk menjadi penyelidik yang
aktif dan dapat menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang dihadapinya,
siswa juga perlu diajarkan apa dan bagimana etika penyelidikan yang benar.
Ø Guru mendorong pertukaran ide gagasan
secara bebas dan penerimaan sepenuhnya gagasan-gagasan tersebut merupakan hal
yang sangat penting dalam tahap penyelidikan dalam rangka pembelajaran
berdasarkan masalah. Selama dalam tahap penyelidikan guru memberikan bantuan
yang dibutuhkan siswa tanpa mengganggu aktifitas siswa.
Ø Puncak proyek-proyek pembelajaran
berdasarkan pemecahan masalah adalah penciptaan dan peragaan artifak seperti
laporan, poster, model-model fisik, dan video tape.
d). Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah : Tugas guru pada tahap akhir pembelajaran berdasarkan pemecahan masalah adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri, dan keterampilan penyelidikan yang mereka gunakan.
c. Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas Manajemen
Hal penting yang harus diketahui adalah bahwa guru perlu memiliki seperangkat
aturan yang jelas agar supaya pembelajaran dapat berlangsung tertib tanpa
gangguan, dapat menangani perilaku siswa yang menyimpang secara cepat dan
tepat, juga perlu memiliki panduan mengenai bagaimana mengelola kerja kelompok.
Salah satu masalah yang cukup rumit bagi guru dalam pengelolaan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah adalah bagaimana menangani siswa baik individual maupun kelompok, yang dapat menyelesaikan tugas lebih awal maupun yang terlambat. Dengan kata lain kecepatan penyelesaian tugas tiap individu maupun kelompok berbeda-beda. Pada model pembelajaran berdassarkan masalah siswa dimungkin untuk mengerjakan tugas multi (rangkap), dan waktu penyelesaian tugas-tugas tersebut dapat berbeda-beda. Hal tersebut mengakibatkan diperlukannya pengelolaan dan pemantauan kerja siswa yang rumit. Dalam model pembelajaran berdasarkan masalah, guru sering menggunakan sejumlah bahan dan peralatan, dan hal ini biasanya dapat merepotkan guru dalam pengelolaannya. Oleh karena itu, untuk efektifitas kerja guru harus memiliki aturan dan prosedur yang jelas dalam pengelolaan, penyimpanan, dan pendistribusian bahan. Selain itu yang tidak kalah pentingnya, guru harus menyampaikan aturan, tata krama, dan sopan santun yang jelas untuk mengendalikan tingkah laku siswa ketika mereka melakukan penyelidikan di luar kelas termasuk di dalamya ketika melakukan penyelidikan di masyarakat.
Salah satu masalah yang cukup rumit bagi guru dalam pengelolaan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah adalah bagaimana menangani siswa baik individual maupun kelompok, yang dapat menyelesaikan tugas lebih awal maupun yang terlambat. Dengan kata lain kecepatan penyelesaian tugas tiap individu maupun kelompok berbeda-beda. Pada model pembelajaran berdassarkan masalah siswa dimungkin untuk mengerjakan tugas multi (rangkap), dan waktu penyelesaian tugas-tugas tersebut dapat berbeda-beda. Hal tersebut mengakibatkan diperlukannya pengelolaan dan pemantauan kerja siswa yang rumit. Dalam model pembelajaran berdasarkan masalah, guru sering menggunakan sejumlah bahan dan peralatan, dan hal ini biasanya dapat merepotkan guru dalam pengelolaannya. Oleh karena itu, untuk efektifitas kerja guru harus memiliki aturan dan prosedur yang jelas dalam pengelolaan, penyimpanan, dan pendistribusian bahan. Selain itu yang tidak kalah pentingnya, guru harus menyampaikan aturan, tata krama, dan sopan santun yang jelas untuk mengendalikan tingkah laku siswa ketika mereka melakukan penyelidikan di luar kelas termasuk di dalamya ketika melakukan penyelidikan di masyarakat.
d. Asesmen dan Evaluasi
Seperti halnya dalam model pembelajaran
kooperatif, dalam model pembelajaran berdasarkan masalah fokus perhatian
pembelajaran tidak pada perolehan pengetahuan deklaratif, oleh karena itu tugas
penilaian tidak cukup bila penilaiannya hanya dengan tes tertulis atau tes
kertas dan pensil (paper and pencil test). Teknik penilaian dan evaluasi yang
sesuai dengan model pembelajaran berdasarkan masalah adalah menilai pekerjaan
yang dihasilkan siswa yang merupakan hasil penyelidikan mereka. Tugas asesmen
dan evaluasi yang sesuai untuk model pembelajaran berdasarkan masalah terutama
terdiri dari menemukan prosedur penilaian alternatif yang akan digunakan untuk
mengukur pekerjaan siswa, misalnya dengan asesmen kinerja dan peragaan hasil.
Dalam implementasinya di lapangan,
model-model pembelajaran di atas bisa diterapkan secara sendiri-sendiri, dan
bisa juga merupakan gabungan dari ke tiga model tersebut sesuai dengan sifat
dan karakteristik dari materi yang akan dipelajari.
SUMBER :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar