Welcome Comments Pictures

Senin, 30 September 2013

BAB 10 : Kognitif - Sosial Bandura

ASUMSI DASAR
Tiga asumsi yang mendukung teori kognitif-sosial Bandura adalah :

a. Proses belajar membutuhkan pemrosesan kognitif dan keterampilan pengambilan keputusan dari si pemelajar.
Dimana pemelajar mengabstraksi informasi dari pengamatan perilaku orang lain dan membuat keputusan tentang perilaku yang akan dilakukan.

b. Belajar adalah tiga cara relasi yang saling terkait yang terdiri dari lingkungan, faktor personal, dan perilaku.
Dimana kejadian yang diamati (lingkungan) dan cara pengamat memahami dan menilai (faktor personal) kejaidna tersebut akan mengintervensi perilaku seseorang.

c. Belajar adalah akuisisi representasi simbolis dalam bentuk kode verbal atau visual.
Dimana hal tersebut akan berperan sebagai pedoman untuk perilaku di masa depan. Contohnya, anak yang melihat akan yang lebih tua berkelahi di masa ospek. Kekaguman dari teman-teman sekelasnya mungkin menyebabkan si pengamat menyimpulkan bahwa berkelahi dalam situasi tersebut merupakan hal yang dapat diterima dan mendapat imblan. Anak kecil tersebut akan meningkatkan tendensi untuk melakukan perilaku tersebut di waktu yang akan datang.

KOMPONEN BELAJAR

a. Model kelakuan
    Dua macam model utama adalah model nyata dan model simbolik.

  •    Model nyata antara lain adalah anggota keluarga, kawan, rekan ketja, dan orang lain yang berhubungan langsung dengan individu.
  •   Model simbolik adalah gambaran representasi perilaku, seperti televisi dna film yang menggambarkan lingkungan dan situasi dimana anak, remaja, atau orang dewasa tidak berhubungan langsung dengan situasi itu.
    
   b. Konsekuensi dari perilaku yang dicontohkan
Tiga jenis konsekuensi yang memengaruhi perilaku adalah :
  • Konsekuensi yang mewakili (vicarious reinforcement,  seolah-olah dirasakan sendiri oleh pengamat). Misalnya guru memuji anak yang berbagi krayon dengan teman semejanya, dan anak yang melihat situasi ini merasakan perasaan positif.
  • Konsekuensi langsung, adalah hasil langsung yang dimunculkan oleh perilaku imitiatif selanjutnya dari pengamat. Misalnya guru memuji anak yang mengamati tindakan berbagi krayon dan berbagi pensil dengan teman lain.
  • Konsekuensi yang diatur sendiri oleh pengamat untuk perilaku imitiatifnya.

 c. Proses internal pemelajar
Pemrosesan kognitif terhadap peristiwa dan konsekuensi potensial menjadi pedoman perilaku pemelajar. Misalnya pengetahuan tentang kemungkinan rugi juka tidak punya asuransi menjadi stimulus yang mendorong seseorang untuk membeli asuransi perlindungan rumah.

d. Keyakinan akan ketangguhan diri (self efficacy) dari si pemelajar
   Ketangguhan diri (self efficacy) adalah keyakinna seseorang pada kemampuannya umtuk mengorganisasikan dan melaksanaka tindakan yang diperlukan untuk mendapatkan capaian tertentu. Sumber self efficacy: (a) Pengalaman penguasaan, pengalaman keberhasilan sebelumya akan menaikkan self efficacy, sedangkan kegagalan yang berulang akan menurunkan self efficacy. (b) Pengalaman pengganti, mengamati kesuksesan orang lain dianggap sama dengan si pengamat. (c) Persuasi verbal, persuasi dapat membantu menghadapi keraguan seseorang. (d) Keadaan fisiologis dan emosional, seperti reaksi stress dan ketegangan. Seseorang cenderung menginterpretasikan reaksi fisiologis negatif, seperti ketegangan, sebagai indikator untuk menghasilkan kinerja yang buruk.

Dari teori kognitif-sosial Bandura diatas, saya memiliki pengalaman pribadi mengenai self efficacy, dimana saat saya mengikuti seleksi masuk Perguruan Tinggi sekitar dua tahun yang lalu. Pada awalnya saya tidak lulus dalam SNMPTN Undangan, tapi teman-teman dekat saya lulus ke jurusan yang mereka inginkan. Walaupun pada awalnya saya merasa kecewa, tapi saya berusaha meningkatkan self-efficacy saya dengan melakukan pengalaman pengganti, yaitu melihat kelulusan teman saya tersebut sebagai kelulusan saya juga, apalagi teman saya itu memiliki kemampuan yang hampir sama dengan saya. Dan saya mengatakan pada diri saya sendiri bahwa “kalau mereka bisa, saya juga pasti bisa”. Ditambah lagi saya mendapatkan sumber self efficacy lain, yaitu persuasi verbal dari orangtua saya yang mengatakan bahwa saya pasti bisa lulus SNMPTN Tulis. Sehingga sumber-sumber self efficacy diatas membuat saya yakin dengan kemampuan saya untuk mecapai apa yang saya inginkan pada saat itu.

Sumber :
Gtedler, Margaret. E., 2011., Learning and instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar