1. Alasan
Ketertarikan Kelompok Terhadap Teori Pembelajaran Skinner :
ü Karena teori ini paling mudah untuk
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-haru dan efeknya bisa mudah/cepat
dirasakan, dan juga karena masih adanya kekurangan pahaman di masyarakat akan
hal ini. Maka rasanya perlu untuk dipahami agar masyarakat bisa lebih paham
akan hal ini (Ariansyah, 11-063).
ü Teori Skinner sangat menarik ketika
membahas mengenai “operant conditioning” dimana melakukan penerapan positive reinforcement dan negative reinforcement dalam membentuk
suatu perilaku seseorang. Sama halnya dalam proses belajar, dapat diakui ketika
kita ingin membentuk perilaku seseorang untuk belajar diperlukan positive reinforcement seperti ”reward”.
Namun yang menjadi hal yang menarik mengenai “apakah setiap proses belajar akan
diberlakukan adanya rewadr yang bisa membentuk stiap proses belajar?” dan
“apakah setiap proses belajar dapat dibentuk melalui positive reinforcement?” (Irene Anastasya (10-041).
ü Karena penerapan teori Skinner
tampaknya mudah untuk diterapkan di kehidupan sehari-hari. Namun, terkadang sulit
untuk diterapkan. Tapi sebenarnya teori ini dapat membantu untuk dapat melihat
adanya perubahan perilaku dari seseorang (Rafita Attia, 09-014).
Dari ketiga pendapat diatas, kelompok
berpendapat bahwa teori Skinner merupakan teori yang aplikatif karena teori ini
mudah diterapkan dalam kehidupan seharo-hari, sehingga kelompok tertarik untuk
mengetahui teori Skinner lebih dalam, lebih khususnya teori yang menjelaskan
mengenai reinforcement dan punishment.
2. Tiga
Poin Penting Teori Skinner :
a). Kategori
Penguat : a. Primer atau sekunder
b.
Umum / digeneralisasikan
c.
positif atau negatif
b). Hukuman,
yaitu dimaksudkan untuk meredusi perilaku tertentu.
c). Jadwal
Penguatan : a. Rasio, yaitu
berdasarkan jumlah respon
b.
Interval, yaitu berdasarkan waktu yang berjalan
3. Kaitan
Teori Skinner dengan Tiga Poin Penting Diatas :
Teori Skinner membahas mengenai adanya
perubahan perilaku yang dibentuk melalui reinforcement
baik itu secara primer, skunder, digeneralisasikan, positif ataupun
negatif. Selain dibentuk melalui reinforcement,
perilaku kita juga terkadang dibentuk melalui hukuman. Namun, pada umumnya
pemberian reinforcement dapat dibagi
berdasarkan jadwal tertentu, yaitu jadwal rasio (berdasarkan jumlah respon),
dan jadwal interval (berdasarkan waktu yang berjalan).
4. Tabel
Kayakinan Umum Filsafat Konstruktivis-Sosial
Definisi
Pengetahuan
|
Produk
dari setting belajar di kelas atau
tempat dimana partisipan berada; produk dari penelitian tertentu yang tidak
dapat dipisahkan dari aktivitas atau kejadian yang menghasilkan produk
tertentu (Bredo, 1994; Dewey & Bentley, 1949).
|
Definisi
belajar
|
Kognisi
yang dibagi secara sosial yang merupakan proses dari menjadi anggota
komunitas praktik belajar yang berkelanjutan (Lave, 1991); interaksi sosial
yang mengonstruksi dan merekonstruksi konteks, pengetahuan dan makna
(Marshall, 1996).
|
Lokus
belajar
|
Tidak
terbatas pada pikiran individu (Marshall, 1996); terjadi di komunitas
partisipan dan didistribusikan di antara sesama partisipan (Bredo, 1994).
|
5. Kaitan
antara Teori Kontemporer Pengkondisian berpenguat Skinner dengan ketiga poin di
atas adalah sebagai berikut :
a)
Dikatakan
bahwa pengetahuan adalah produk dari setting belajar yang dilakukan, jika
dikaitkan dengan teori Pengkondisian berpenguat Skinner maka bisa dikatakan
bahwa pengetahuan yang di dapat adalah hasil dari adanya penguat yang diberikan
secara tepat pada hal-hal yang bisa meningkatkan kemauan belajar, dan tentunya
memang pengetahuan sebagai produk ini tidak dapat dipisahkan dari proses
belajar itu sendiri.
b)
Definisi
belajar yang ada tersebut mengatakan bahwa interaksi sosial yang mengonstruksi
dan merekonstruksi konteks, pengetahuan, dan makna, hal ini sejalan dengan
teori belajar pengkondisian berpenguat Skinner dimana proses belajar yang ada
dalam teori ini adalah membutuhkan adanya interaksi antara si pembelajar dengan
lingkungannya atau dalam hal ini adalah orang-orang yang ada lingkungannya. Proses
belajar yang dilakukan perlu mendapatkan reaksi dari lingkungan berupa positive reinforcement pada hal-hal yang
baik yang bisa meningkatkan proses belajar tersebut, dan juga memerlukan negative reinforcement ataupun hukuman
pada hal-hal yang bisa menghambat proses belajar, apabila ketiga hal itu dapat
berjalan dengan lancar, maka pengetahuan dan makna bisa dikonstruksi secara
baik pula.
c)
Dikatakan
bahwa lokus belajar tidak terbatas pada pikiran individu, terjadi di komunitas
partisipan dan didistribusikan di antara sesama partisipan, hal ini juga bisa
dikaitkan dengan teori pengkondisian berpengut Skinner dimana dalam teori ini
yang menjadi tempat terjadinya proses belajar itu tidak semata-mata berasal
dari pikiran individu, namun juga berasal dari lingkungan, yaitu reinforcement-reinforcement yang
diberikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar