Welcome Comments Pictures

Kamis, 10 Oktober 2013

BAB 11 - Kognitif dan Motivasi Akademik


   A. Asumsi Dasar
   a. Motivasi seseorang berkembang melalui interaksi kompleks dari faktor lingkungan dengan faktor di dalam diri anak.
      b. Pemelajar adalah pemproses informasi yang aktif.
      c. Motif, kebutuhan, atau tujuan pemelajar merupakan informasi eksplisit.

B.  Komponen Proses Motivasional
Tiga pendekatan motivasi yang berkaitan dengan prestasi adalah : (a) model ekspektasi nilai; (b) model orientasi tujuan; (c) teori atribusi.

a. Model Ekspektasi Nilai
Model ekspektasi nilai ini adalah perluasan dari model Atkinson (1958), yang mendefinisikan ekspektasi dan nilai sebagai konstrak motivasional. Berbeda dengan model Atkinson, versi ini memandang ekspektasi dan nilai sebagai kognitif ketimbang motivasional. Dimana ekspektasi dan nilai tersebut berpengaruh langsung terhadap perilaku yang terkait prestasi. Misalnya nilai pencapaian mengacu pada pentingnya melakukan yang terbaik dalam bidang atau pelajaran tertentu.
Premis dasar dari model ini adalah ekspektasi kesuksesan siswa dan nilai yang mereka berikan pada kesuksesan merupakan determinan penting dari motivasi untuk melakukan perilaku yang terkait prestasi.
Dengan kata lain, dua keyakinan motivasional adalah nilai tugas (pencapaian, instrinsik, niali, kemanfaatan, dan biaya), dan nilai ekspektasi (sejauh mana siswa percaya bahwa dia akan mampu melakukan sesuatu dengan baik). Keyakinan ini berpengaruh langsung pada pilihan, kegigihan, tingkat upaya, dan kinerja aktual.

b.  Model Berorientasi Tujuan
Model berorinetasi tujuan membahas alasan siswa untuk melakukan tugas akademik. Misalnya tujuan siswa di pelajaran biologi adalah untuk mendapatkan nilai A. Model orientasi tujuan mendefinisikan secara kontras dikotomis yaitu orientasi tujuan belajar dan orientasi tujuan kinerja.
Siswa dengan orientasi belajar akan berusaha untuk menguasai tugas baru, membuat kemajuan dalam keterampilan belajar yang baru, atau merasa senang saat mereka terlibat dalam tugas yang menantang. Sebaliknya, siswa dengan orientasi kinerja atau yang melibatkan ego akan fokus pada upaya menunjukkan keunggulan kinerja dengan melampaui kinerja oranglain atau melakukan tugas dengan baik tanpa banyak usaha. Kedua model orientasi tujuan tersebut, definisi masing-masing tujuan dapat dilihat secara singkat pada bagan berikut ini :






           c. Teori Atribusi
Teori atribusi membahas pemikira, emosi dan ekspektasi seseorang setelah muncul hasil yang terkait dengan pencapaian. Teori ini mendeksprisikan :
(a). Proses yang terlibat dalam menentukan sebab-sebab kesuksesan dan kegagalan (atribusi), dan
(b) emosi dan ekspektasi yang mempengaruhi perilaku selanjutnya.
Misalnya, pemelajar mungkin mengatribusikan kegagalan ujian matematika pada kurangnya kemampuan, yang menyebabkan emosi negatif. Karena kurangnya kemampuan adalah atribusi internal yang stabil (tidak mungkin berubah), maka siswa akan memperkirakan kegagalan di ujian matematika di masa sekarang.

Sumber :
Gtedler, Margaret. E., 2011., Learning and instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar