A. Asumsi
Dasar
Asumsi dasar teori ini adalah konsepsi
Piaget tentang hakikat konstruktivis dari kecerdasan dan faktor-faktor esensial
dalam perkembangan kognitif.
a. Pendapat Konstruktivis tentang Kecerdasan
Pengetahuan adalah proses mengetahui
melalui interaksi dengan lingkungan, dan kecerdasan adalah sistem terorganisasi
yang membentuk struktur yang dibutuhkan untuk beradaptasi dengan lingkungan.
b. Faktor-Faktor
Esensial dalam Perkembangan Kognitif
Ada empat faktor yng diperlukan
untuk transformasi perkembangan dari satu bentuk pemikiran ke bentuk yang lain,
yaitu lingkungan fisik, kematangan, pengaruh sosial dan penyeimbangan (equilibration).
B. Proses
Kognitif
Anak-anak menggunakan skema
dalam memahami dunia mereka, dimana schema (skema) adalah konsep atau
kerangka yang eksis di dalam pikiran individu yang dipakai untuk
mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi.
Piaget (1952) mengatakan bahwa
ada dua proses cara anak menggunakan skema mereka : asimilasi dan akomodasi.
(a). Asimilasi
terjadi ketika seorang anak memasukkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan
yang sudah ada. Misalnya, anak berumur delapan tahun diberi palu dan paku untuk
menggantung sebuah gambar di dinding. Dia belum pernah menggunakan palu, tetapi
dengan mengamati cara orang lain menggunakan palu maka dia mengetahui bahwa
palu adalah benda yang harus di pegang di bagian gagang bawah, dan diayunkan
untuk memukul paku, dan biasanya dipikulkan berkali-kali ke paku tersebut.
(b). Akomodasi
terjadi ketika anak
menyesuaikan diri pada informasi baru. Misalnya, masih berhubungan dengan
asimilasi tadi. Palu tersebut kan berat, sehingga dia memegangnya di bagian
atas. Dia memukul terlalu keras sehingga pakunya bengkok, dan karenanya dia
harus menyesuaikan tekanan pukulannya. Penyesuaian ini mencerminkan
kemampuannya untuk mengubah sedikit pemahamannya tentang dunia.
C. Tahap-tahap
Perkembangan Kognitif Piaget
Piaget menyakini bahwa perkembangan
kognitif terjadi dalam empat tahapan, yaitu sensorimotor, pra-operasional, operasional
konkret, dan operasional formal.
(a).
Tahap Sensorimotor (dari kelahiran – 2 tahun)
Pada tahap ini, bayi menyusun
pemahaman dunia dengan mengordinasikan pengalaman indera (sensory) mereka (seperti melihat dan mendengar) dengan gerakan
(otot) mereka (menggapai, menyentuh)-oleh karena itu disebut sebagai
sensorimotor.
Pencapaian kognitif yang
penting di usia bayi adalah object permanance,
yaitu pemahaman bahwa objek dan kejadian terus eksis bahkan ketika objek
dan kejadian itu tidak dapat dilihat, didengar, atau disentuh. Menjelang akhir
priode sensorimotor, anak bisa membedakan antara dan dirinya dunia di
sekitarnya dan menyadari bahwa objek tetap ada dari waktu ke waktu.
(b).
Tahap Pra-operasional (usia 2 – 7 tahun)
Pada tahap ini, anak lebih
egosentris dan intuitif. Pemikiran pra-operasional di bagi menjadi 2 subtahap :
fungsi simbolis dan pemikiran intuitif.
a.
Subtahap fungsi simbolis (usia 2 – 4
tahun).
Pada
tahap ini, penggunaan bahasa mulai berkembang dan kemunculan sikap bermain adalah
contoh lain dari peningkatan pemikiran simbolis. Anak kecil mulai
mencoret-coret gambar orang, rumah, mobil, awan, dan benda lainnya. pemikiran
pra-operasional masih mengandung dua keterbatasan : egosentris dan animisme. Egosentris adalah
ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif sendiri dengan perspektif
orang lain. Contoh :
Ayah
: Mary, ibu ada di rumah?
Mary :
(diam tetapi menganggukan kepala)
Ayah : Mary, apa ayah bisa bicara dengan ibu?
Mary : (mengangguk lagi tetapi tetap diam)
Jawaban
Mary bersifat egosentris karena dia tidak mempertimbangkan perspektif ayahnya;
dia tidak menyadari bahwa ayahnya tidak dapat melihat dirinya menganggukkan
kepalanya.
Animisme adalah kepercayaan bahwa objek tak bernyawa
punya kualitas “kehidupan” dan bisa bergerak. Contoh : “pohon itu mendorong
daun dan membuatnya gugur” atau “ trotoar itu mmebuat ku terjatuh”.
b. Subtahap
pemikiran intuitif (usia 4 – 7 tahun).
Disebut
tahap pemikiran intuitif karena mereka mengatakan bahwa mereka tahu sesuatu
tetapi mereka mengetahui tanpa menggunakan pemikiran rasional. Tahap
pra-oprasional ini menunjukkan karaktersitik pemikiran yang disebut centration yaitu pemokusan (pemusatan)
perhatian pada satu karakteristik dengan mengabaikan karaktersitik lainnya. centration tampak jelas dalam kurangnya conservation dari anak, yaitu ide bahwa beberapa
karaktersitik dari objek itu tetap sama meski objek itu berubah penampilannya.
Contoh : orang dewasa tahu bahwa volume air akan tetap sama meski dia
dimasukkan ke dalam wadah yang bentuknya berlainan. Tetapi, bagi anak kecil
tidak demikian. Menurut Piaget, anak pada tahap pra-operasional juga tidak bisa melakukan apa yang disebut operation (operasi) yaitu representasi
mental yang dapat di balik (reversible). Contoh
: seorang anak kecil mungkin tahu bahwa 4 + 2 = 6, tetapi tidka tahu
kebalikannya, yaitu 6 – 2 = 4 adalah benar.
(c). Tahap Operasional Konkret (usia 7 – 11
tahun)
Pemikiran operasional konkret
mencakup penggunaan operasi. Penalaran logika matematika menggantikan penalaran
intuitif, tetapi hanya dalam situasi konkret. Pada tahap ini, anak secara
mental bisa melakukan sesuatu yang sebelumnya hanya bisa mereka lakukan secara
fisik, dan mereka dapat membalikkan operasi konkret ini. Misalnya, ada dua
lempung berbentuk bola dengan ukuran sama. Kemudian bola lempung tersebut duabh
menjadi bentuk panjang dan ramping. Anak itu ditanya lempung mana yang lebih
banyak, yang berbentuk bola atau yang panjang. Jika anak itu berusia 7 atau 8
tahun, besar kemungkinan mereka akan menjawab bahwa jumlah lempung dlaam kedua
bentuk tersebut adalah sama.
Tahap ini juga ditandai dengan seriation yaitu operasi konkret yang
melibatkan stimulus pengurutan di sepanjang dimensi kuantitatif (seperti
panjang). Contoh : seoprang guru meletakkan delapan batang lidi dengan panjang
yang berbeda-beda secara acak di atas meja. Guru kemudian meminta murid untuk
mengurutkan batang itu berdasarkan panjangnya. Pemikir operasional konkret
dapat secara bersamaan memahami bahwa setiap batang harus lebih panjang dari
batang sebelumnya atau batang sesudahnya harus lebih pendek dari sebelumnya.
Aspek lain dari penalaran
tentang hubungan antar kelas adalah transivity
yaitu kemampuan untuk mengombinasikan hubungan sceara logis untuk
memahami kesimpulan tertentu. Misalnya, dalam kasus batang lidi tadi, tiga
batang (A, B, dan C) berbeda panjangnya. A adalah yang paling panjang, B
panjangnya menengah, dan C adalah yang paling pendek. Si anak memahami bahwa jika
A>b, dan B>C, maka A>C ? menurut Piaget, pemikir konkret operasional bisa
memahaminya.
(d).
Tahap Operasional Formal (usia 7 – 15 tahun)
Pada tahap ini, individu sudah mulai
memikirkan pengalaman di luar pengalaman konkret, dan memikirkannya secara lebih
abstrak, idealis, dan logis. Pemikir operasional konkret perlu melihat elemen konkret
A, B, dan C untuk menarik kesimpulan logis bahwa jika A = B dan B = C, maka A =
C. Sebaliknya, pemikir operasional formal dapat memecahkan persoalan ini walau problem
ini hanya disajikan secara verbal.
Selain memiliki kemampuan abstraksi,
pemikir operasional formal juga punya kemampuan untuk melakukan idealisasi dan membayangkan
kemungkinan-kemungkinan. Pemikir idealis ini bisa menjadi fantasi atau khayalan.
Banyak remaja tak sabar terhadap cita-cita mereka sendiri. Mereka juga tidak sabar
menghadapi problem untuk mewujudkan cita-citanya itu. Egosentrisme juga muncul dalam
masa remaja. Egosentrisme masa remaja (adolescent
egocentrism) adalah kesadaran diri yang tinggi yang tercermin dalam keyakinan
remaja bahwa orang lain tertarik pada dirinya sebagaimana dia tertarik pada dirinya
sendiri. Egosentrisme remaja juga mencakup perasaan bahwa dirinya adalah unik atau
berbeda dari orang lain. Contoh : “semua orang disini melihatku karena rambutku
ini tak bisa diatur”, lalu dia lari ke ruang rias untuk menyemprotnya dengan hairspray.
Sumber
:
Gtedler, Margaret. E., 2011., Learning and
instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana
Santrock.,
J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta:
Prenada Media Group