Anggota Kelompok 12 :
Nurfazrina 11-036
Nurfazrina 11-036
Dalam pasal 28, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum
jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu
upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memilki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang
diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Menurut UU
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 pasal 1, butir 14
dinyatakan bahwa “Pendidikan Anak Usia
Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan ruhani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.
Pendidikan
anak usia dini merupakan salah satu
bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke
arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan
kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan
spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta
agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap
perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Pendidikan
Anak Usia Dini merupakan pendidikan
melibatkan seluruh anak mencakup kepedulian akan perkembangan fisik, kognitif,
dan sosial anak. Pembelajaran diorganisasikan sesuai dengan minat-minat dan
gaya belajar anak (Santrock, 2007).
Tujuan PAUD
Secara umum,
tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak
sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Pendidikan anak pun bisa dimaknai sebagai usaha mengoptimalkan
potensi-potensi luar biasa anak yang bisa dibingkai dalam pendidikan, pembinaan
terpadu, maupun pendampingan.
Fungsi PAUD
Fungsi
pendidikan anak usia dini secara umum adalah :
1) Mengenalkan
peraturan dan menanamkan disiplin pada anak
2) Mengenalkan
anak pada dunia sekitar
3) Menumbuhkan
sikap dan perilaku yang baik
4) Mengembangkan
kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi
5) Mengembangkan
keterampilan, kreativitas, dan kemampuan yang dimiliki anak
6) Menyiapkan
anak untuk memasuki pendidikan selanjutnya
Ruang Lingkup
Anak Usia Dini
Bayi ( lahir – 12
bulan)
Toddler (1 - 3 tahun)
Pra sekolah (3 – 6 tahun)
Anak SD (6 – 8 tahun)
Beberapa Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini
Terdapat empat aspek perkembangan anak
yang terkait dengan pendidikan anak TK, yaitu :
1. Aspek Perkembangan Fisik
Perkembangan
fisik terkait dengan
perkembangan motorik dan fisik anak seperti berjalan dan kemampuan mengontrol
pergerakan tubuh. Perkembangan motorik merupakan perkembangan
pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf
dan otot terkoordinasi (Hurlock: 1998). Keterampilan motorik anak terdiri atas keterampilan motorik kasar dan keterampilan
motorik halus. Keterampilan motorik anak usia 4-5 tahun lebih banyak berkembang pada motorik kasar, setelah usia 5
tahun baru terjadi perkembangan motorik halus. Pada usia 4 tahun anak-anak
masih suka jenis gerakan sederhana seperti berjingkrak-jingkrak, melompat, dan
berlari kesana kemari di sekolahnya hanya demi kegiatan itu sendiri tapi mereka
sudah berani mengambil resiko. Walaupun mereka sudah dapat memanjat tangga
dengan satu kaki pada setiap tingkat anak tangga untuk beberapa lama, mereka
baru saja mulai dapat turun dengan cara yang sama.
Pada usia 5
tahun, anak-anak bahkan lebih berani mengambil resiko dibandingkan ketika
mereka berusia 4 tahun. Mereka lebih percaya diri melakukan ketangkasan yang
mengerikan seperti memanjat suatu obyek, berlari kencang dan suka berlomba
dengan teman sebayanya bahkan orangtuanya (Santrock,1995: 225). Hal ini bisa
didapatkan seorang anak di lingkungan Taman Kanak-Kanak.
2. Aspek Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif berkaitan dengan bagaimana anak berpikir dan
bertindak. Ada 4 Tahapan
Perkembangan Kognitif sesuai dengan teori Piaget, namun pada anak usia TK yang
berkisar antara umur 3 – 6 tahun terjadiTahap pra-operasional, usia 2 – 7 tahun.
Masa ini kemampuan menerima rangsangan yang terbatas. Anak mulai berkembang
kemampuan bahasanya, walaupun pemikirannya masih statis dan belum dapat
berpikir abstrak, persepsi waktu dan tempat masih terbatas. Pada usia ini anak menjadi 'egosentris', sehingga
berkesan 'pelit', karena ia tidak bisa melihat dari sudut pandang orang lain.
Anak tersebut juga memiliki kecenderungan untuk meniru orang di sekelilingnya.
Apa yang dilakukan guru saat di sekolah, anak tersebut kemungkinan besar akan merekam
ke otaknya, jadi peran guru pada masa-masa ini dapat dikatakan besar.
3. Aspek Perkembangan Emosional
Perkembangan
emosional berkaitan dengan
kemampuan mengontrol perasaan dalam situasi dan kondisi tertentu. Masa TK
merupakan masa kanak-kanak awal. Pola perilaku sosial yang terlihat pada masa
kanak-kanak awal, seperti yang diungkap oleh Hurlock (1998:252) yaitu:
kerjasama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial, simpati,
empati, ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri sendiri,
meniru, perilaku kelekatan. Anak TK cenderung mengekspresikan emosinya dengan
bebas dan terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia
tersebut. Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka seringkali
memperebutkan perhatian guru. Jadi, gurulah yang akan membantu mereka
mengontrol emosi anak-anak tersebut melalui proses-proses belajar di
sekolahnya.
4. Aspek
Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial berkaitan dengan kemampuan memahami identitas pribadi,
relasi dengan orang lain, dan status dalam lingkungan sosial. Erik Erikson
(1950) dalam Papalia dan Old, 2008:370 seorang ahli psikoanalisis
mengidentifikasi perkembangan sosial anak. Namun saat anak memasuki sekolah
Taman Kanak-Kanak, anak memasuki Tahap 3 : Initiative vs Guilt (berinisiatif
vs bersalah), usia 4-5 tahun. Pada masa ini anak dapat menunjukkan
sikap mulai lepas dari ikatan orang tua, anak dapat bergerak bebas dan berinteraksi dengan
lingkungannya. Kondisi lepas dari orang tua menimbulkan rasa untuk
berinisiatif, sebaliknya dapat menimbulkan rasa bersalah. Pada
tahap ini anak terlihat sangat aktif, suka berlari, berkelahi, memanjat-manjat,
dan suka menantang lingkungannya. Dengan menggunakan bahasa, fantasi dan
permainan khayalan, dia memperoleh perasaan harga diri. Selain orangtua berperan
penting, guru juga memberikan andil yang besar pada tahap ini. Bila guru
berusaha memahami, menjawab pertanyaan anak, dan menerima keaktifan anak dalam
bermain, maka anak akan belajar untuk mendekati apa yang diinginkan, dan
perasaan inisiatif semakin kuat. Sebaliknya, bila guru
kurang memahami, kurang sabar, suka memberi hukuman dan menganggap bahwa
pengajuan pertanyaan, bermain dan kegiatan yang dilakukan anak tidak bermanfaat
maka anak akan merasa bersalah dan menjadi enggan untuk mengambil inisiatif
mendekati apa yang diinginkannya.
Terima kasih Kak saya jadi tahu pentingnya pendidikan anak usia dini
BalasHapus