Kelompok 10 :
Definisi
Philip Ewart Vernon disebut Hierarchical
Theoris. Dimana definisi inteligensinya merupakan gabungan dari teori Spearman dan Thurstone, namun diaplikasikan pada konsep G factor. Berikut ini
adalah teori Spearman dan Thurstone yang menjadi acuan Philip E. Vernon :
A.
Faktor Analisis oleh CHARLES SPEARMAN disebut TWO FACTOR THEORY
Pandangan Spearman (1927) mengenai inteligensi
ditunjukkan dalam teorinya yang dikenal dengan nama teori dua faktor. Penjelasannya
mengenai teori ini berangkat dari analisis korelasional yang dilakukannya
terhadap skor seperangkat tes yang mempunyai tujuan dan fungsi ukur yang
berlainan. Hasil analisisnya memperlihatkan adanya interkorelasi positif di
antara berbagai tes tersebut. Menurut Spearman, interkorelasi positif itu
terjadi karena masing-masing tes tersebut memang mengukur suatu faktor umum
yang sama, yang dinamainya faktor g. Namun demikian,
korelasi-korelasi itu tidaklah sempurna sebab setiap tes, di samping mengukur
faktor umum yang sama, juga mengukur komponen tertentu yang spesifik bagi
masing-masing tes tersebut. Faktor yang spesifik dan hanya diungkap oleh tes
tertentu saja ini disebut faktor s.
Definisi inteligensi menurut Spearman mengandung dua
komponen kualitatif yang penting, yaitu (1) eduksi relasi (eduction of
relation), dan (2) eduksi korelasi (eduction of correlates). Eduksi
relasi adalah kemampuan untuk menemukan suatu hubungan dasar yang berlaku di
antara dua hal. Misalnya, dalam menemukan hubungan yang terdapat di antara dua
kata “panjang-pendek”. Eduksi korelasi adalah kemampuan untuk menerapkan
hubungan dasar yang telah ditemukan dalam proses eduksi relasi sebelumnya ke
dalam situasi baru. Misalnya, bila telah diketahui bahwa hubungan antara “panjang”
dan “pendek” merupakan hubungan lawan kata, maka menerapkannya dalam situasi
pertanyaan seperti “baik - .....”, tentu akan dapat dilakukan.
B.
Definisi Inteligensi oleh THURSTONE disebut MULTIFACTOR THEORY,
yaitu :
• Tidak ada G factors,
yang ada hanyalah Primary Mental Ability, yaitu : verbal comprehension,
numerical, spatial visualization, perceptual ability, memory, reasoning, dan
word fluency.
• Teori thurstone
menghilangkan G sebagai komponen signifikan dari fungsi mental.
Teori inteligensi L.L. Thurstone & T.G. Thurstone
juga dapat dikategorikan sebagai teori inteligensi yang berorientasi faktor
ganda. Dari hasil analisis faktor yang mereka lakukan terhadap data skor
rangkaian 56 tes yang dilancarkan pada siswa sekolah lanjutan di Chicago, mereka
tidak menemukan bukti mengenai adanya faktor inteligensi umum. Menurut L.L.
Thurstone, faktor umum tersebut memang tidak ada. Yang benar adalah bahwa
inteligensi dapat digambarkan sebagai terdiri atas sejumlah kemampuan mental
primer.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, mereka mengatakan
bahwa kemampuan mental dapat dikelompokkan ke dalam enam faktor dan bahwa
inteligensi dapat diukur dengan melihat sampel perilaku seseorang dalam keenam
bidang dimaksud. Suatu perilaku inteligen, menurut keduanya, adalah hasil dari
bekerjanya kemampuan mental tertentu yang menjadi dasar performansi dalam tugas
tertentu pula.
Dari hasil studi yang telah mereka lakukan, Thurstone
menyusun Tes Kemampuan Primer Chicago dan menguraikan keenam faktor kemampuan
sebagai berikut:
V:
|
(verbal), yaitu pemahaman akan hubungan kata, kosakata, dan penguasaan
komunikasi lisan.
|
N:
|
(number), yaitu kecermatan dan kecepatan dalam penggunaan
fungsi-fungsi hitung dasar.
|
S:
|
(spatial), yakni kemampuan untuk mengenali berbagai hubungan dalam
bentuk visual.
|
W:
|
(word fluency), yaitu kemampuan untuk mencerna kata-kata tertentu
dengan cepat.
|
M:
|
(memory), yaitu kemampuan mengingat gambar-gambar, pesan-pesan,
angka-angka, kata-kata, dan bentuk-bentuk pola.
|
R:
|
(reasoning), yaitu kemampuan untuk mengambil kesimpulan dari
berbagai contoh, aturan, atau prinsip. Dapat juga diartikan sebagai kemampuan
pemecahan masalah.
|
Penelitian L.L.
Thurstone & T.G. Thurstone selanjutnya menunjukkan bahwa keenam faktor
tersebut tidaklah terpisah secara eksklusif dan tidak pula independen satu sama
lain. Oleh karena itu, kesimpulan mereka, terdapat suatu faktor umum lain yang
lebih rendah tingkatannya berupa suatu faktor-g tingkat dua.
Faktor-g tingkat dua inilah yang menjadi dasar bagi semua faktor-faktor lain.
Sehingga PHILIP EWART
VERNON menyimpulkan (Subino Hadisubroto,
1984), bahwa dibawah faktor “G” itu terdapat dua faktor kelompok utama (major
group factors) yang masing-masingnya adalah faktor pendidikan verbal (verbal
educational factors) (v:ed) dan
faktor praktis (practical factors) (k:m).
Yang pertama dibagi kedalam dua faktor kelompok minor (minor-group factors),
yakni verbal dan numerical; sedangkan yang kedua dibagi menjadi kemampuan
keruangan (spatial ability), kemampuan manual (manual ability), dan kemampuan
mekanik (mechanical ability). Masing-masing bagian tersebut dibagi lagi menjadi
faktor-faktor spesifik yang sangat besar jumlahnya dan mencakup lingkup yang
sangat khusus.
Mengenai faktor-faktor spesifik, Vernon berpendapat
bahwa sebenarnya faktor-faktor spesifik itu tidak banyak memiliki nilai praktis
dikarenakan kurang jelas relevansinya dengan kehidupan nyata sehari-hari. Oleh
karena itu, menurut Vernon, lebih baik membicarakan faktor-faktor yang lebih
umum dikarenakan faktor umum itulah yang berkorelasi lebih konsisten dan
substansial dengan masalah kehidupan sehari-hari.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar