Welcome Comments Pictures

Selasa, 24 April 2012

TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN

NAMA KELOMPOK 15 :

1. Dimana persinggungan antara teknologi dan pendidikan ?
2. Bagaimana konteks standar untuk murid yang “Melek Teknologi” dibandingkan di Indonesia, khususnya Medan ?
3. Bagaimana kamu melihat Ubiquitous Computing sebagai seorang mahasiswa yang sedang memahami tentang psikologi pendidikan?


Jawab :

1. Persinggungan antara teknologi dan pendidikan terletak pada proses pembelajaran di lingkungan pendidikan, dimana teknologi menjadi alat bantu dalam proses pembelajaran tersebut. Bahkan sekarang guru lebih mudah memberikan materi pembelajaran dengan adanya bantuan dari teknologi. Contohnya saja, saat guru mau mengajarkan muridnya bagaimana keadaan di gurun pasir, nah guru tersebut tidak harus mengajak muridnya ke gurun pasir. Tapi guru tersebut bisa menunjukkan gambar-gambar yang bisa didapatnya dari teknologi khususnya internet. Bahkan, teknologi juga dapat memberikan pembelajaran bagi anak didik untuk berpikir kreatif seperti anak-anak dapat mengeluarkan isi pikiran atau ide-ide yang tersimpan di benaknya, misalnya anak yang suka menggambar dapat mendisign dengan bantuan teknologi komputer. Selain itu juga dapat membuat anak berpikir imajinatif maksudnya membantu anak-anak dapat berimajinasi tentang dunia luar, apalagi dengan internet anak-anak dapat mengetahui hal-hal yang ada di luar, seperti bagaimana situasi gurun pasir tersebut. Serta dapat membuat kita lebih mandiri, maksudnya anak-anak bisa mengerjakan sesuatu sendiri, contohnya seorang anak dapat tugas dari sekolahnya, anak tersebut bisa mencari referensi dari teknologi berupa jaringan internet.

2. Perbandingan standar murid yang “Melek Teknologi” pada setiap grade dibandingkan Indonesia, khususnya Medan yaitu :
·         Pra Taman Kanak-Kanak sampai Grade Dua
ü  Gunakan alat input (seperti mouse, keyboard, atau remote control) dan alat output (seperti monitor dan printer) untuk mengoperasikan komputer


ü  Gunakan variasi media dan teknologi untuk mengarahkan aktivitas pembelajaran yang independen
ü  Gunakan sumber daya multimedia yang pas, seperti buku interaktif, software pendidikan, dan ensiklopedia multimedia dasar, untuk mendukung pembelajaran
ü  Kerjasama dengan teman, anggota keluarga, dan orang lain saat menggunakan teknologi
ü  Gunakan sumber daya teknologi (seperti teka-teki , program berpikir logis, alat menulis, dan kamera digital) untuk pembelajaran
ü  Tunjukkan perilaku etnis dan sosial yang positif saat menggunakan teknologi

Kalau di Medan, anak-anak di Medan sudah mengenal dan mengoperasikan komputer


·         Grade 3 sampai 5
ü  Gunakan keyboard dan alat input dan output lain secara efektif
ü  Diskusikan penggunaan teknologi dalam kehidupan seharihari dan keuntungan dan kerugian dari penggunaan itu
ü  Gunakan alat teknologi (seperti multimedia, alat presentasi, alat Web, kamera, digital, dan scanner) untuk kegiatan menulis, berkomunikasi, dan memublikasikan aktivitas individual
ü  Gunakan telekomunikasi secara efektif untuk mengakses informasi di tempat yang jauh, berkomunikasi dengan orang lain, dan mencari informasi yang menarik secara personal
ü  Gunakan telekomunikasi dan sumber daya online (secara e-mail, diskusi online, Web) untuk berpartisipasi dalam proyek pembelajaran bersama
ü  Gunakan sumber daya teknologi (seperti kalkulator, alat pengumpul data, video, dan software pendidikan) untuk aktivitas pemecahan masalah dan pembelajaran mandiri
Kalau di Medan, anak-anak masih baru mengoperasikannya dan belum terlalu sering memakainya


·         Grade 6 sampai 8
ü  Aplikasikan strategi untuk mengidentifikasikan dan memecahkan problem hardware dan software yang muncul dalam penggunaan sehari-hari
ü  Tujukkan pengetahuan tentang perubahan dalam teknologi informasi dan efeknya terhadap lapangan kerja masyarakat
ü  Gunakan alat spesifik, software, simulasi (seperi peralatan lingkungan, kalkulator, dan lingkungan percobaan) untuk mendukung pembelajaran dan riset
ü  Desain, kembangkan, publikasikan, dan paparkan produk (seperti halaman web dan rekaman video)
ü  Teliti dan evaluasi akurasi, relevansi, dan bias dari sumber informasi elektronik yang berkaitan dengan problem dunia nyata
Kalau di Medan, anak-anak sudah membuat email, banyak anak-anak yang sudah mencari tugas / bahan kliping dari internet.


·         Grade 9 sampai 12
ü  Identifikasi kapabilitas dan keterbatasan dari teknologi kontemporer dan nilailah potensi sistem dan layanan ini untuk memenuhi kebutuhan personal dan pekerjaan
ü  Gunakan sumber daya teknologi untuk mengelola dan menomunikasikan informasi porsonal dan profesional (seperti keuangan, jadwal, alamat, pembelian, dan korespondensi)
ü  Gunakan informasi online secara rutin untuk memenuh kebutuhan riset, publikasi, komunikasi dan produktivitas
ü  Pilih dan aplikasikan alat teknologi untuk riset, analisis informasi, dan pemecahan problem dalam pembelajaran materi
Kalau di Medan, siswa sudah menggunakan dan membawa laptop untuk presentasi di sekolah dan juga memanfaatkan wifi yang ada di sekolah

3. Ubiquitous Computing adalah penggunaan komputer yang tersebar dimana user berada. Sejumlah komputer disatukan dalam satu lingkungan dan tersedia bagi setiap orang yang berada di lokasi tersebut yang menekankan pada distribusi komputer ke lingkungan daripada komputer personal. Ubiquitous Computing merupakan masa depan dari personal computer. Di masa lalu, komputer pertama di kenal dengan sebutan komputer Main Framedengan prinsip One Computer Many People, yaitu sebuah komputer server besar yang melayani banyak pengguna. Kemudian era komputer bergeser ke arah personal komputer (PC) dengan prinsip One Person One Computer dimana setiap orang mempunyai satu komputer. Dengan berjalannya waktu, seseorang bisa mengakses komputer tanpa dibatasi jarak dan ruang waktu, era inilah yang disebut Ubiquitous Computing (One Person Many Computer).
Sebagai mahasiswa yang sedang memahami psikologi pendidikan, kelompok kami berpendapat bahwa Ubiquitous Compuiting merupakan sebuah era teknologi yang cocok untuk pendidikan, daripada era-era sebelumnya karena perangkat baru ini dapat disediakan kepada lebih banyak murid, bisa dipasang dengan jaringan murah, dapat memampukan murid untuk membawa perangkat informasi ke lapangan dan membantu mengerjakan suatu tugas serta bisa di bawa pualng.

Sabtu, 14 April 2012

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

RUANG LINGKUP ANAK USIA DINI

Bayi                (lahir – 12 bulan)
Toddler          (1 -3 tahun)
Pra sekolah     (3- 6 tahun)
Awal SD         (6 – 8 tahun)


SEJARAH PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Friedrick Froebel (1837) membentuk sekolah TK pertama di Jerman, disebut sebagai ayah pendidikan anak usia bayi. Beliau mengatakan bahwa :
  • Pendidikan Taman Kanak-Kanak perlu mengikuti sifat anak. Bermain merupakan suatu metode dari pendidikan dan cara dari anak untuk meniru kehidupan orang dewasa dengan wajar. Contohnya dalam bermain masak-masakan.
  • Guru bertanggung jawab dalam membimbing dan mengarahkan sehingga anak menjadi kreatif dan akan menyumbangkannya kepada masyarakat dan model rancangan ini masih digunakan di seluruh dunia.
  • Jadi, Taman Kanak-Kanak itu belajar sambil bermain bagi anak-anak.

John Dewey tokoh yang mempengaruhi pendidikan di Amerika. Beliau berpendapat bahwa:
  • Sekolah sebaiknya bersifat progressivism yang lebih menekankan pada anak didik dan minat anak daripada mata pelajaran sendiri. “child centered curriculum” dan child centered school” (anak menentukan hidupnya sendiri sesuai dengan mintanya).
  • Sekolah sebaiknya mempersiapkan anak guna menghadapi kehidupan masa kini bukan masa yang akan datang yang belum jelas.\
  • Belajar adalah kegiatan yang bercorak sosial, anak akan berpartisipasi dalam kegiatan fisik yang tercermin dalam kegiatan lain seperti melompat dan lain-lain.

Ki Hajar Dewantara, ciri khas Pendidikan Anak Usia Dini adalah budi pekerti dan sistem among. Bentuknya bukan mata pelajaran tapi menanamkan nilai, martabat kemanusiaan, budi pekerti nilai moral watak dan akhirnya pembentukan manusia yang berkepribadian. Inti sistem among adalah :
  • Ing Ngarsa Sung Tulada (Jika di depan, menjadi contoh)
  • Ing Madya Mangun Karsa (Jika ditengah-tengah, membangkitkan kehendak, hasrat, atau Motivasi)
  •  Tut Wuri Handayani (Jika dibelakang, memberikan dorongan dan mengikuti dengan hati-hati)

DEFINISI PENDIDIKAN ANAK PRASEKOLAH

Menurut UU RI No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 12 ayat 2, Pendidikan anak Pra sekolah merupaka pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan, dan keterampilan yang mendasari pendidikan dasar serta mengembangkan diri secara utuh sesuai dengan asas pendidikan sedini mungkin seumur hidup.
Biechler dan Snowman, anak pra sekolah adalah anak yang berusia anatar 3 – 6 tahun.

HAKEKAT ANAK USIA DINI
  • Usia – lahir – 8 tahun
  • Proses tumbuh dan kembang bersifat unik (setiap anak pati beda-beda)
  •  Proses tumbuh dan kembang diarahkan pada peletakan dasar yang tepat

TUJUAN UMUM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
Tujuannya yaitu membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan : “fisik, intelektual, emosional, moral, dan agama” secara optimal dalam lingkungan pendidikan yang kondusif, demokratis dan kompetitif.


PAUD dibagi dalam 3 jenis, yaitu :
Jalur Formal : Taman Kanak-Kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat
Jalur Nonformal : Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain sederajat
Jalur Informal : Pendidikan Keluarga atau Pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan

Kamis, 12 April 2012

TEORI KEPRIBADIAN EYSENK

TIPOLOGI BIOLOGIS HANS EYSENCK

I. LATAR BELAKANG
Eysenk mengkritik teori psikoanalisis yang dia rasa pengukurannya kurang akurat untuk konsep psikologis. Jadi dalam menyusun teori sifat, Eysenck mencoba melakukan pengukuran perbedaan individu yang lebih akurat. Pengukuran itu untuk mengidentifikasikan asumsi dasar-dasar biologis dari sifat. Teori kepribadian Eysenck menekankan komponen hereditas dan lingkungan. Eysenck percaya bahwa taksonomi atau klasifikasi tingkah laku dapat menentukan kepribadian dan analisis factor adalah alat yang tepat untuk menentukannya.


II. Definisi Kepribadian
Eysenck berpendapat dasar umum sifat-sifat kepribadian berasal dari keturunan, dalam bentuk tipe dan trait. Dia juga berpendapat bahwa semua tingkah-laku dipelajari dari lingkungan. Menurutnya kepribadian adalah keseluruhan pola tingkah laku aktual maupun potensial dari organisme, sebagaimana ditentukan oleh keturunan dan lingkungan. Pola tingkahlaku itu berasal dan dikembangkan melalui interaksi fungsional dari empat sektor utama yang mengorganisir tingkahlaku; sektor kognitif (intelligence), sektor konatif (character), sektor afektif (temperament), sektor somatik (fisiologis dan fungsi otak).


III. Struktur Kepribadian
Kepribadian menurut Eysenck memiliki empat tingkatan hirarkis, mulai dari hirarki yang tinggi ke hirarki yang rendah : tipe – traits – habit – respon spesifik.
Hirarki tertinggi: Tipe, kumpulan dari trait.
Hirarki kedua: Trait, kumpulan kegiatan, kumpulan respon yang saling berkaitan atau mempunyai persamaan tertentu.
Hirarki ketiga: Habitual Response, kebiasaan tingkah laku atau berfikir, kumpulan respon spesifik, respons yang berulang-ulang terjadi kalau individu menghadapi kondisi atau situasi yang sejenis.
Hirarki terendah: Spesific Response, tingkah laku yang dapat diamati, yang berfungsi sebagai respon terhadap suatu kejadian.

Contohnya :







Pandangan Eysenck berhubungan dengan Hipocrates dan Gallen yang membagi empat tipe kepribadian dasar :
· Tinggi N dan Rendah E        : tipe Melankolis
· Tinggi N dan Tinggi E          : tipe Koleris
· Rendah N dan Tinggi E        : tipe Sanguinis
· Rendah N dan Rendah E      : tipe Plegmatis

        Ada tiga dimensi kepribadian menurut Eysenk, yaitu Ekstraversion (E), Neuroticism (N), dan Psikoticism (P). Menurutnya nuerotisme dan psikotisme itu bukan sifat patologis. Tiga dimensi itu adalah bagian normal dari struktur kepribadian. Semuanya bersifat bipolar; Ektraversion - Introversion, Neuroticism - Emosional Stability, dan Psychoticism - Impulse Control. Dan orang yang memiliki skor tinggi pada tiga dimensi tersebut memiliki kecenderungan melakukan kriminalitas. Semua orang berada dalam rentangan bipolar itu mengikuti kurva normal, artinya sebagian besar orang berada ditengah-tengah polarisasi. Masing-masing dimensi saling bertentangan dan merupakan tipe dari kumpulan 9 trait, jadi semuanya ada 27 trait.


EKSTRAVERSION (E)


Trait Ektraversion
Trait Introversion
sociable, lively, active, assertive, sensation seeking, carefree, dominance, surgent, ventureso
tidak sosial, pendiam, pasif, ragu, banyak pikiran, sedih, penurut, pesimis, penakut, tertutup, damai, tenang, dan terkontrol

            Penyebab utama perbedaan antara ekstraversion dan introversion adalah tingkat keterangsangan korteks (CAL = Cortical Arousal Level), kondisi fisiologis yang sebagian besar bersifat keturunan. CAL rendah artinya korteks tidak peka, reaksinya lemah. Sebaliknya CAL tinggi, korteks mudah terangsang untuk bereaksi.

Ektraversion
Introversion
CAL-nya rendah
CAL-nya tinggi
Membutuhkan banyak ransangan untuk megaktifkan korteksnya
Membutuhkan sedikit ransangan untuk mengaktifkan korteksnya
Suka ikut berpartisipasi dalam berbagai aktivitas
Menarik diri, menghindari situasi ramai, situasi yang menyebabkan ketegangan terlalu tinggi, aktifitas yang menantang, memimpin suatu perkumpulan, dan melakukan keisengan.


NEUROTICISM (N)

            Trait dari neurotisisme adalah: anxious, depressed, guild feeling, low self esteem, tension, irrational, shy, moody, emotional. Dasar biologis dari neuroticism adalah kepekaan reaksi sistem syaraf otonom (ANS = Autonomic Nervous System). Orang yang kepekaan ANS-nya tinggi, pada kondisi lingkungan wajar sekalipun sudah merespon secara emosional jadi gampang mengalami gangguan neurotik. Neurotisisme dan ekstraversi bisa digabung dalam hubungan CAL dan ANS, dan dalam bentuk garis absis ordinat. Kedudukan setiap orang pada bidang dua dimensi itu tergantung kepada tingkat ekstraversi dan neurotisismenya.

Subyek
Dimensi
CAL
ANS
Simptom
(A)
Introver-Neurotik
Tinggi
Tinggi
Gangguan psikis tingkat pertama
(B)
Ekstraver-Neurotik
Rendah
Tinggi
Gangguan psikis tingkat kedua
(C)
Introver-Stabilita
Tinggi
Rendah
Normal introvers
(D)
Ekstravers-Stabilitas
Rendah
Rendah
Normal ekstravers

Keterangan :

A adalah orang introvert-neurotik (ekstrim introvers dan ekstrim neurotisisme). Orang itu cenderung memiliki simpton-simpton kecemasan, depresi, fobia, dan obsesif-kompulsif, disebut mengidap gangguan psikis tingkat pertama (disorders of the first kind).

B adalah orang ekstravers-neurotik. Orang itu cenderung psikopatik, kriminal, atau mengidap gangguan psikis tingkat kedua (disorders of the second kind).

C adalah orang normal yang introvers; tenang, berpikir mendalam, dapat dipercaya.

D adalah orang yang normal-ekstravers; riang, responsif, senang bicara/bergaul.

PSYCHOTICISM (P)

Skor Psychoticism Tinggi
Skor Psychoticism Rendah
egosentris, dingin, tidak mudah menyesuaikan diri, impulsive, kejam, agresif, curiga, psikopatik dan anti sosial
baik hati, hangat, penuh perhaitan, akrab, tenang, sangat sosial, empatik, kooperatif, dan sabar

Seperti ekstraversion dan neuroticism, psychoticism mempunyai unsur genetik yang besar. Secara keseluruhan tiga dimensi kepribadian itu 75% bersifat herediter, dan hanya 25% yang menjadi fungsi lingkungan. Dan pria memilki skor yang leboh besar dibanding wanita dalam dimensi psikotisme karena hormon progesteron pria lebih besar daripada wanita.


IV. INTERVENSI

           Selain menekankan pentingnya faktor-faktor genetik, Eysenck juga mendukung terapi perilaku, atau pengobatan perilaku abnormal sesuai dengan prinsip- prinsip teori belajar. Secara logikanya, jika tingkah laku itu diperoleh dari belajar, tingkah laku itu juga bisa dihilangkan dengan belajar. Eysenck memilih model terapi tingkah laku dalam mengubah tingkah laku maladaptif.


V. PERAN UTAMA HEREDITAS
      Eysenk juga meneliti perbandingan antara kembar identik (monozyzot) dan fraternal (dizygot). Hasilnya kembar identik lebih mirip kepribadiannya daripada kembar fraternal, bahkan ketika anak kembar identik tinggal bersama orangtua yang berbeda.

        Penelitian tentang anak adopsi juga menunjukkan bahwa kepribadian mereka lebih mirip dengan orangtua biologisnya daripada orangtua adopsi mereka, walaupun mereka tidak mengenal orangtua biologis mereka.


VI. ASSESMENT

Ada empat inventori yang dipakai untuk melakukan penelitian atau untuk memahami klien.
1.  Maudley Personality Inventory (MPI), mengukur E dan N dan korelasi antara keduanya.
2.   Eysenck Personality Inventory (EPI), Alat tes ini memiliki skala kebohongan (lie-L) untuk mendeteksi kepura-puraan (faking) yang terpenting dalam tes ini yaitu untuk mengukur ekstraversi dan neurotisme secara independen dengan korelasi yang hampir nol antara E dan N.
3.  Eysenck Personality Questionnair (EPQ), mengukur E, N, P, (merupakan revisi dari EPI, tetapi EPI yang hanya mengukur E dan N masih tetap dipublikasikan). Memasukan skala psikotik.
4.   Eysenck Personality Questionnair-Revised (EPQ-R) revisi dari EPQ. Mempunyai versi dewasa dan anak-anak.

Sabtu, 07 April 2012

PSIKOLOG SEKOLAH

Fungsi dan Peran Psikolog Sekolah dan Perlunya Psikolog Sekolah

Fungsi dan peran Psikolog Sekolah ditinjau dari bidang – bidang terapan (Jack I. Baron (1982), yaitu :

Psikodiagnostik : Tujuannya untuk  membantu sekolah dalam menyelesaikan berbagai masalah kesehatan mental yang dihadapi anak didik. Meliputi pelayanan tes kecerdasan, kemudian pemberian laporan tertulis yang memberi gambaran kelemahan dan kekuatan yang terungkap oleh tes tersebut.

Klinis dan konseling : Menyadari bahwa pelayanan dalam masyarakat tidak selalu memberikan intervensi langsung bila dibutuhkan, psikolog sekolah terpanggil membantu dalam konseling siswa-siswa dan orangtua mereka dalam berbagai bentuk intervensi langsung lainnya. Perhatian psikolog sekolah terhadap anak didik bersifat menyeluruh, yang mana membantu pihak sekolah dalam menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi anak. Pada tingkat ini peran psikolog erat dengan masalah kelompok dalam kelas dan masalah yang berkaitan dengan kelas.

Industri dan organisasi : Dalam hal ini psikolog ikut terlibat dalam tindakan yang menyangkut kebijakan dan prosedur sekolah, dalam pengembangan dan evaluasi program serta pelayanan sekolah, dapat berupa; supervisi, pendidikan, konsulatan bagi karyawan edukatif maupun nonedukatif (membantu malakukan seleksi, penempatan, serta urusan-urusan personalia lain), dan bekarja sama dengan ahli-ahli lain dalam masyarakat.

Hal – Hal yang Diberikan dalam Kaitannya dalam Psikolog Sekolah


Pelaksanaan psikologi dalam hal diagnostik disekolah:

a. Memberikan pelayanan tes inteligensi
b. Melakukan wawancara dengan siswa, guru, orangtua, serta orang-orang yang terlibat dalam pendidikan siswa
c. Observasi siswa di kelas, tempat bermain, serta dalam kegiatan sekolah lainnya
d. Mempelajari data kumulatif prestasi belajar siswa
e. Memberikan konsultasi bagi sekolah dalam menyelesaikan berbagai masalah di sekolah serta membantu menyeleksi, penempatan dan urusan personalia lainnya

Perbedaan Antara Psikolog Sekolah, Psikolog Pendidikan dan Guru BK

Psikolog Pendidikan

Ruang lingkup kerjanya luas, yaitu menyelesaikan masalah pendidikan sejak pendidikan prasekolah sampai perguruan tinggi, setting kelas, sistem sekolah serta psikologi pendidikan harus mempunyai kompetensi khusus.

Psikolog Sekolah

            Psikologi sekolah ruang lingkupnya di sekolah saja. Psikologi sekolah berperan dalam pengembangan kelas dan berhubungan dengan psikologis siswa dan guru. Psikolog sekolah juga memantau bagaimana prestasi siswa, kelakuan dan motivasi siswanya.

Guru BK

Guru BK lebih berfokus pada siswa. Tugasnya terkait dengan perkembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi bakat, minat peserta didik.



SUMBER :

Santrock, John W. 2008, Psikologi Pendidikan Edisi Kedua, Penerbit: Kencana Prenada
Media Group: Jakarta

PSIKOLOGI SEKOLAH

Nama Kelompok 12 :


Kedudukan Psikologi Sekolah dalam Ilmu Psikologi
Psikologi sekolah merupakan bagian dari psikolgi pendidikan. Sesuai dengan pengertian ilmu psikologi, psikologi sekolah mempelajari perilaku dan proses mental di lingkungan sekolah. Dalam hal ini, psikologi sekolah berfokus pada siswa, guru, dan orangtua siswa.

Perbedaan Psikologi Sekolah dalam dan Psikologi Pendidikan
Psikologi sekolah
Psikologi sekolah merupakan ilmu terapan dari psikologi pendidikan yang hanya berfokus pada sekolah dan bidang – bidangnya di sekolah, terutama terhadap murid. Psikologi sekolah juga berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi yang bertujuan untuk membentuk pola pikir anak.
Psikologi Pendidikan
Menurut santrock, psikologi pendidikan adalah cabang psikologi yang mengkhususkan diri pada pemahaman tentang proses belajar dan mengajar dalam lingkungan pendidikan. Secara harfiah atau etimologis, psikologi berasal dari kata "psyche" yang berarti jiwa dan "logos" yang berarti ilmu. Psikologi mengandung makna yaitu ilmu jiwa yang berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari jiwa manusia melalui gejala-gejalanya, aktivitas-aktivitasnya atau perilaku manusia. Psikologi pendidikan berarti cabang dari ilmu psikologi yang mempelajari jiwa manusia atau perilaku manusia di bidang pendidikan. Psikologi pendidikan mempelajari bagaimana manusia belajar dalam bidang pendidikan, keefektifan dalam proses pembelajaran, cara mengajar, dan pengelolaan organisasi sekolah.
Dari pengertian psikologi pendidikan dan psikologi sekolah itu sendiri, dapat dilihat perbedaan bahwa psikologi pendidikan adalah  cabang ilmu psikologi yang mempelajari jiwa manusia dalam bidang pendidikan serta gejala – gejala di bidang pendidikan. Sedangkan psikologi sekolah adalah ilmu terapan dari psikologi pendidikan yang lebih mengkhususkan diri lagi hanya di dalam lingkungan sekolah, dalam proses pembelajaran dan pengajaran dan lebih secara detail memahami jiwa dan perilaku manusia di dalamnya terutama terhadap murid.

Fungsi Sekolah sebagai Agen Perubahan

Sekolah harus memiliki fungsi dan peran dalam perubahan masyarakat menuju ke arah perbaikan dalam segala aspek. Dalam hal ini, sekolah memiliki dua karakter secara umum. Pertama, melaksanakan peranan fungsi dan harapan untuk mencapai tujuan dari sebuah sistem. Kedua, mengenali individu yang berbeda-beda dalam peserta didik yang memiliki kepribadian dan disposisi kebutuhan.
Sebagai agen perubahan sekolah berfungsi sebagai alat :

a. Pengembangan pribadi
b.  Pengembangan budaya
c.  Pengembangan bangsa
d. Pengembangan warga

Metode yang Dapat Digunakan Dalam Sistem Pengajaran Di Sekolah
Metode pengajaran di sekolah dapat berupa :
a. Metode ceramah yaitu menyajikan bahan pelajaran oleh guru sehingga siswa memahami informasi dari materi pelajaran yang disajikan.
b. Metode diskusi yaitu menyajikan bahan pelajaran melalui suatu masalah yang harus diselesaikan secara bersama dibimbing oleh guru.
c. Metode demonstrasi yaitu menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung pada objeknya atau cara melakukan sesuatu.

Permasalahan-Permasalahan yang Terjadi Di Sekolah dan Solusi Pemecahan Masalah

Berikut ini adalah contoh tindakan yang termasuk kategori bullying; pelaku baik individual maupun group secara sengaja menyakiti atau mengancam korban dengan cara:
    a.    Bullying secara fisik: menarik rambut, meninju, memukul, mendorong, menusuk
   b.    Bullying secara emosional: menolak, meneror, mengisolasi atau menjauhkan, menekan, memeras, memfitnah, menghina, dan adanya diskriminasi berdasarkan ras, ketidakmampuan, dan etnik
     c. Bullying secara verbal: memberikan nama panggilan, mengejek, dan menggosip
     d.  mengerjai seseorang untuk mempermalukannya
     e.  mengintimidasi atau mengancam korban
     f. melakukan pengompasan.


            Bullying merujuk pada tindakan yang bertujuan menyakiti dan dilakukan secara berulang. Sang korban biasanya siswa yang lebih lemah dibandingkan sang pelaku.
Menurut Dan Olweus, Author of Bullying at School Bullying Bisa dibagi menjadi dua bagian besar yaitu:
1. Direct bullying : intimidasi secara fisik, verbal
2. Indirect Bullying: isolasi secara sosial

Penanganan yang bisa dilakukan seperti :
1. Usahakan guru mengetahui apa yang terjadi seperti apa permasalahannya dan apa alasan mengapa siswa tersebut membully temannya.
2. Bantu siswa tersebut mengatasi ketidaknyamanan yang ia rasakan. Pastikan guru menerangkan dalam bahasa sederhana dan mudah dimengerti siswa tersebut. Jangan pernah menyalahkan siwa korban atas tindakan bullying yang ia alami.

3. Hadapkanlah korban dan pelaku bullying tersebut, juga sertakan orangtua siswa yang bersangkutan agar mereka juga mendapat pencerahan dari orangtua mereka masing-masing.

Pencegahan Bullying Secara Preventif :
1. Sosialisasi antibullying kepada siswa, guru, orang tua siswa, dan segenap civitas akademika di sekolah.
2. Penerapan aturan di sekolah yang mengakomodasi aspek antibullying.
3. Membuat aturan antibullying yang disepakati oleh siswa, guru, institusi sekolah dan semua civitas akademika institusi pendidikan/ sekolah.
4. Penegakan aturan/sanksi/disiplin sesuai kesepakatan institusi sekolah dan siswa, guru dan sekolah, serta orang tua dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur pemberian sanksi.
5. Membangun komunikasi dan interaksi antarcivitas akademika.


SUMBER :


Santrock, John W. 2008, Psikologi Pendidikan Edisi Kedua, Penerbit: Kencana Prenada Media Group: Jakarta

PENTINGNYA PENDIDIKAN TK

Anggota Kelompok 12 :
Nurfazrina 11-036
Frans Ariadi Ginting 11-112

Definisi Pendidikan Usia Dini (PAUD)

Dalam pasal 28, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memilki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 pasal 1, butir 14 dinyatakan bahwa “Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan ruhani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan melibatkan seluruh anak mencakup kepedulian akan perkembangan fisik, kognitif, dan sosial anak. Pembelajaran diorganisasikan sesuai dengan minat-minat dan gaya belajar anak (Santrock, 2007).

Tujuan PAUD
Secara umum, tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pendidikan anak pun bisa dimaknai sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa dibingkai dalam pendidikan, pembinaan terpadu, maupun pendampingan.

Fungsi PAUD
Fungsi pendidikan anak usia dini secara umum adalah :
1)   Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak
2)   Mengenalkan anak pada dunia sekitar
3)   Menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik
4)   Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi
5)   Mengembangkan keterampilan, kreativitas, dan kemampuan yang dimiliki anak
6)   Menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan selanjutnya

Ruang Lingkup Anak Usia Dini
Bayi                 ( lahir – 12 bulan)
Toddler          (1 - 3 tahun)
Pra sekolah    (3 – 6 tahun)
Anak SD         (6 – 8 tahun)

Beberapa Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini

Terdapat empat aspek perkembangan anak yang terkait dengan pendidikan anak TK, yaitu :

1. Aspek Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik terkait dengan perkembangan motorik dan fisik anak seperti berjalan dan kemampuan mengontrol pergerakan tubuh. Perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot terkoordinasi (Hurlock: 1998). Keterampilan motorik anak terdiri atas keterampilan motorik kasar dan keterampilan motorik halus. Keterampilan motorik anak usia 4-5 tahun lebih banyak berkembang pada motorik kasar, setelah usia 5 tahun baru terjadi perkembangan motorik halus. Pada usia 4 tahun anak-anak masih suka jenis gerakan sederhana seperti berjingkrak-jingkrak, melompat, dan berlari kesana kemari di sekolahnya hanya demi kegiatan itu sendiri tapi mereka sudah berani mengambil resiko. Walaupun mereka sudah dapat memanjat tangga dengan satu kaki pada setiap tingkat anak tangga untuk beberapa lama, mereka baru saja mulai dapat turun dengan cara yang sama.
Pada usia 5 tahun, anak-anak bahkan lebih berani mengambil resiko dibandingkan ketika mereka berusia 4 tahun. Mereka lebih percaya diri melakukan ketangkasan yang mengerikan seperti memanjat suatu obyek, berlari kencang dan suka berlomba dengan teman sebayanya bahkan orangtuanya (Santrock,1995: 225). Hal ini bisa didapatkan seorang anak di lingkungan Taman Kanak-Kanak.

2. Aspek Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif berkaitan dengan bagaimana anak berpikir dan bertindak.  Ada 4 Tahapan Perkembangan Kognitif sesuai dengan teori Piaget, namun pada anak usia TK yang berkisar antara umur 3 – 6 tahun terjadiTahap pra-operasional, usia 2 – 7 tahun. Masa ini kemampuan menerima rangsangan yang terbatas. Anak mulai berkembang kemampuan bahasanya, walaupun pemikirannya masih statis dan belum dapat berpikir abstrak, persepsi waktu dan tempat masih terbatas. Pada usia ini anak menjadi 'egosentris', sehingga berkesan 'pelit', karena ia tidak bisa melihat dari sudut pandang orang lain. Anak tersebut juga memiliki kecenderungan untuk meniru orang di sekelilingnya. Apa yang dilakukan guru saat di sekolah, anak tersebut kemungkinan besar akan merekam ke otaknya, jadi peran guru pada masa-masa ini dapat dikatakan besar.

3.  Aspek Perkembangan Emosional
Perkembangan emosional berkaitan dengan kemampuan mengontrol perasaan dalam situasi dan kondisi tertentu. Masa TK merupakan masa kanak-kanak awal. Pola perilaku sosial yang terlihat pada masa kanak-kanak awal, seperti yang diungkap oleh Hurlock (1998:252) yaitu: kerjasama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial, simpati, empati, ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri sendiri, meniru, perilaku kelekatan. Anak TK cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut. Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka seringkali memperebutkan perhatian guru. Jadi, gurulah yang akan membantu mereka mengontrol emosi anak-anak tersebut melalui proses-proses belajar di sekolahnya.



4. Aspek Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial berkaitan dengan kemampuan memahami identitas pribadi, relasi dengan orang lain, dan status dalam lingkungan sosial. Erik Erikson (1950) dalam Papalia dan Old, 2008:370 seorang ahli psikoanalisis mengidentifikasi perkembangan sosial anak. Namun saat anak memasuki sekolah Taman Kanak-Kanak, anak memasuki Tahap 3 : Initiative vs Guilt (berinisiatif vs bersalah), usia 4-5 tahun. Pada masa ini anak dapat menunjukkan sikap mulai lepas dari ikatan orang tua, anak dapat bergerak bebas dan berinteraksi dengan lingkungannya. Kondisi lepas dari orang tua menimbulkan rasa untuk berinisiatif, sebaliknya dapat menimbulkan rasa bersalah. Pada tahap ini anak terlihat sangat aktif, suka berlari, berkelahi, memanjat-manjat, dan suka menantang lingkungannya. Dengan menggunakan bahasa, fantasi dan permainan khayalan, dia memperoleh perasaan harga diri. Selain orangtua berperan penting, guru juga memberikan andil yang besar pada tahap ini. Bila guru berusaha memahami, menjawab pertanyaan anak, dan menerima keaktifan anak dalam bermain, maka anak akan belajar untuk mendekati apa yang diinginkan, dan perasaan inisiatif semakin kuat. Sebaliknya, bila guru kurang memahami, kurang sabar, suka memberi hukuman dan menganggap bahwa pengajuan pertanyaan, bermain dan kegiatan yang dilakukan anak tidak bermanfaat maka anak akan merasa bersalah dan menjadi enggan untuk mengambil inisiatif mendekati apa yang diinginkannya.